Mohon tunggu...
Luciana Budiman
Luciana Budiman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Roxy Fulfillment Center

Lulusan Teknik Fisika ITB yang saat ini menjabat sebagai Founder Roxy Fulfillment Center

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Pengenalan Industri 4.0

14 Juli 2018   10:46 Diperbarui: 14 Juli 2018   10:58 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dalam tiga tahun terakhir, kami telah melakukan penelitian dan pengembangan tentang Industry 4.0 bersama beberapa kampus, seperti Institut Teknologi Bandung dan Universitas Prasetiya Mulia. Ketika Pemerintah Indonesia mencanangkan 'Making Indonesia 4.0', kami dengan sangat antusias menyambut inisiatif tersebut," jelas Jusan.

 "Saat ini, kita sedang antusias untuk mengadaptasi 4.0, akan tetapi tidak sedikit juga solusi yang sepertinya menumpang tema tersebut padahal solusi tersebut masih berkiblat ke 3.0," jelas Fajar Wantah, Chief Business & Solution Development Officer Cinovasi.

"Salah satu ciri utama 4.0 adalah digital twin antara cyber atau domain digital dan physical atau domain aktual fisikal, hal ini biasanya disebut cyber-physical system yang bisa dikatakan near real-time. Untuk membangun cyber physical system, diperlukan integrasi vertikal, integrasi horizontal, dan integrasi siklus dari perencanaan dan perancangan sampai ke konsumsi produk. Syarat untuk integrasi-integrasi ini, adalah semua elemen dari sistem harus merupakan smart things," lanjut Fajar.

Perubahan Industry dari 1.0, dilanjutkan 2.0, dan sampai di awal 4.0 ini, disebut sebagai Industrial Revolution. Dan yang paling kini ini disebut sebagai Industrial Revolution 4.0 atau disingkat IR4.0. Walaupun demikian, revolusi tidaklah semata menghilangkan 'things' yang lama dan mengganti semuanya dengan 'things' yang baru.

Penerapan IR4.0 tidaklah semata membeli perangkat baru yang canggih dan mutakhir, melainkan memerlukan perubahan mendasar pada manusia dan prosesnya juga, selain daripada teknologinya. Teknologi memainkan peran disruptif dan memaksa perubahan. Namun orientasi utama IR4.0 adalah manusia-nya, baik dari sisi produsen sebagai manufaktur misalnya, maupun dari sisi konsumen.

Ronaldi menutup dengan mengatakan bahwa Smart Manufacturing yang didorong oleh IR4.0 adalah perubahan menuju consumer-centric dan mass customization daripada mass production sehingga disrupsi teknologi dan orientasi human-centric itu memiliki konsekuensi perubahan dalam proses bekerja.

Mengenai Cinovasi:

Cinovasi Rekaprima adalah perusahaan teknologi Indonesia yang dibangun sejak Tahun 2007. Berangkat dari kegemaran untuk mengeksplorasi serta melakukan inovasi teknologi di Industrial Automation System dan Information Technology, Cinovasi Rekaprima berkembang terus dan memiliki karyawan lebih dari 120 orang serta kantor di 5 kota besar yaitu Bandung, Jakarta, Surabaya, Makasar, dan Dubai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun