Mohon tunggu...
Luciana Budiman
Luciana Budiman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Founder Roxy Fulfillment Center

Lulusan Teknik Fisika ITB yang saat ini menjabat sebagai Founder Roxy Fulfillment Center

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Pengenalan Industri 4.0

14 Juli 2018   10:46 Diperbarui: 14 Juli 2018   10:58 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

 

Jejak PT Cinovasi Rekaprima (Cinovasi) sebagai perusahaan lokal yang mampu mengimplementasikan otomasi industri sudah terbukti dan terdapat di pelbagai sektor. Kali ini sebagai pakar operational technology (OT), teknologi Informasi (IT), dan Internet of Things (IOT), Cinovasi hendak berbicara tentang Industry 4.0.

"Cinovasi merupakan perusahaan System Integrator yang cukup langka dijumpai tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di Asia Pasifik. Karena Cinovasi memiliki kombinasi kompetensi OT, IT, dan IOT, kita patut berbangga. Apalagi disertai pengalaman tenaga ahli selama 23 tahun, hal ini menempatkan Cinovasi sebagai leader di Indonesia untuk solusi ini," kata Ronaldi Junarto, Chief Executive Officer (CEO) Cinovasi.

"Kami terus mengembangkan dan memajukan diri untuk teknologi mutakhir, dan kami telah siap untuk membantu industri dalam mengimplementasikan Industry 4.0, " lanjut Ronaldi.

Jusan Qithri, Chief Technology Officer (CTO) Cinovasi, menjelaskan bahwa Industry 4.0 adalah disrupsi terhadap Industry 3.0, adalah era Smartization, untuk benar-benar menghidupkan smart manufacturing.

Sebelum berbicara lebih banyak mengenai Industry 4.0, Jusan menjelaskan mengenai sejarah industri sebelumnya.

Produksi barang pada awalnya dilakukan secara manual dibantu dengan tenaga binatang. Tahun 1800-an adalah awal dari Industry 1.0 ketika mesin bertenaga air dan uap dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas produksi.

Perkembangan ke arah Industry 2.0 terjadi pada permulaan abad ke 20, ketika listrik digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam proses produksi.

Sedangkan Industry 3.0 dimulai sejak pertengahan abad 20, ketika berbagai penemuan dan pembuatan divais elektronik, seperti transistor, dan lainnya yang memungkinkan mesin-mesin secara individu diotomasi secara penuh untuk mengganti manusia sebagai operator.

Periode Industry 3.0 ini juga ditandai dengan pengembangan sistem otomasi berbasis perangkat elektronik dan komputer (era digitalisasi).

Pada tanggal 4 April 2018, Indonesia telah mencanangkan "Making Indonesia 4.0", yaitu inisiatif strategis Indonesia untuk menghidupkan Industry 4.0 di Indonesia.

"Dalam tiga tahun terakhir, kami telah melakukan penelitian dan pengembangan tentang Industry 4.0 bersama beberapa kampus, seperti Institut Teknologi Bandung dan Universitas Prasetiya Mulia. Ketika Pemerintah Indonesia mencanangkan 'Making Indonesia 4.0', kami dengan sangat antusias menyambut inisiatif tersebut," jelas Jusan.

 "Saat ini, kita sedang antusias untuk mengadaptasi 4.0, akan tetapi tidak sedikit juga solusi yang sepertinya menumpang tema tersebut padahal solusi tersebut masih berkiblat ke 3.0," jelas Fajar Wantah, Chief Business & Solution Development Officer Cinovasi.

"Salah satu ciri utama 4.0 adalah digital twin antara cyber atau domain digital dan physical atau domain aktual fisikal, hal ini biasanya disebut cyber-physical system yang bisa dikatakan near real-time. Untuk membangun cyber physical system, diperlukan integrasi vertikal, integrasi horizontal, dan integrasi siklus dari perencanaan dan perancangan sampai ke konsumsi produk. Syarat untuk integrasi-integrasi ini, adalah semua elemen dari sistem harus merupakan smart things," lanjut Fajar.

Perubahan Industry dari 1.0, dilanjutkan 2.0, dan sampai di awal 4.0 ini, disebut sebagai Industrial Revolution. Dan yang paling kini ini disebut sebagai Industrial Revolution 4.0 atau disingkat IR4.0. Walaupun demikian, revolusi tidaklah semata menghilangkan 'things' yang lama dan mengganti semuanya dengan 'things' yang baru.

Penerapan IR4.0 tidaklah semata membeli perangkat baru yang canggih dan mutakhir, melainkan memerlukan perubahan mendasar pada manusia dan prosesnya juga, selain daripada teknologinya. Teknologi memainkan peran disruptif dan memaksa perubahan. Namun orientasi utama IR4.0 adalah manusia-nya, baik dari sisi produsen sebagai manufaktur misalnya, maupun dari sisi konsumen.

Ronaldi menutup dengan mengatakan bahwa Smart Manufacturing yang didorong oleh IR4.0 adalah perubahan menuju consumer-centric dan mass customization daripada mass production sehingga disrupsi teknologi dan orientasi human-centric itu memiliki konsekuensi perubahan dalam proses bekerja.

Mengenai Cinovasi:

Cinovasi Rekaprima adalah perusahaan teknologi Indonesia yang dibangun sejak Tahun 2007. Berangkat dari kegemaran untuk mengeksplorasi serta melakukan inovasi teknologi di Industrial Automation System dan Information Technology, Cinovasi Rekaprima berkembang terus dan memiliki karyawan lebih dari 120 orang serta kantor di 5 kota besar yaitu Bandung, Jakarta, Surabaya, Makasar, dan Dubai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun