Mohon tunggu...
Y. B. Inocenty Loe
Y. B. Inocenty Loe Mohon Tunggu... Guru - Instruktur Pembelajaran Kreatif, Penulis, Kandidat Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Yohanes Baptista Inocenty Loe, Saat ini menjadi kandidat Magister Teknologi Pendidikan di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ia bekerja sebagai pendidik di salah satu sekolah swasta di kota Kupang, sekaligus menjadi instruktur pelatihan menulis dan pembelajaran kreatif berbasis digital di NTT. Sebagai seorang instruktur menulis, karya-karyanya telah diterbitkan di media massa cetak maupun online. Ia telah menerbitkan tiga buku yaitu Kisah Para Pelukis Wajah Bangsa, Literasi di Atas Awan dan buku terbarunya berjudul Prinsip-Prinsip Demokrasi John Rawls (Menguak Kebebasan dan Kesetaraan). Selain itu, ia juga adalah editor yang telah mengedit puluhan buku dan membantu banyak pihak untuk menerbitkan bukunya. Sebagai pelatih pembelajaran kreatif berbasis digital, ia banyak kali diundang ke berbagai kesempatan di wilayah NTT untuk berbagi inspirasi dan motivasi. Kemampuannya ini telah dibuktikan dengan berbagai pencapaian dan penghargaan yang diraihnya. Pada 2021, dinobatkan sebagai penulis aktif tingkat Nasional dan guru aktif literasi tingkat nasional. Di bidang pembelajran kreatif berbasis digital, seluruh karya dan inovasinya pernah ditanyakan di TVRI Nasional pada program Inspirasi Indonesia, akhir 2022 lalu

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memahami Difusi

10 Januari 2024   23:50 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:56 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Y. B. Inocenty Loe

Dalam buku Diffusion Of Innovations, Everett M. Rogers mengutip Benjamin Franklin, ”To get the bad customs of a country changed and new ones, though better, introduced, it is necessary first to remove the prejudices of the people, enlighten their ignorance, and convince them that their interests will be promoted by the proposed changes; and this is not the work of a day.” Membaca inspirasi Franklin ini, tersurat pesan bahwa inovasi dan kreativitas yang masif dan sistematis membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sebab tugas pertama dan terpenting adalah menghilangkan prasangka, mencerahkan ketidaktahuan dan menyakinkan orang-orang bahwa perubahan akan membawa angin segar bagi kehidupan dan sistem sosial. Tentu saja, difusi inovasi akan berhadapan dengan berbagai sikap dan respon penolakan. Hal ini muncul sebagai resistensi terhadap cara pandang, pendekatan, praktik yang dianggap baru dan tidak lazin.

Harus diakui dan disadari bahwa difusi inovasi yang terlalu fokus pada kebagusan dan keistimewaan program atau produk inovatif tertentu terbukti banyak kali gagal. Menurut Rogers, kegagalan tersebut muncul sebagai akibat, pertama, terlalu fokus pada idealisme inovasi dan tidak terbuka terhadap kebutuhan dan konteks anggota dalam sistem sosial. Dan kedua, Mengabaikan pendekatan interpersonal, padahal difusi harus mempertimbangkan budaya setempat. Terlepas dari keefektivan inovasi tersebut, perlu diingat bahwa membangun kesadaran dan keyakinan orang jauh lebih sulit dibanding menciptakan sebuah inovasi. Agar difusi inovasi tersebut perlu berjalan maksimal, pada tempat pertama harus didalami apa itu difusi dan apa saja unsur-unsurnya.

A. Apa itu Difusi?
Difusi inovasi terbukti pernah gagal di Peru. Dalam program pendampingan konsumsi air panas yang dilaksanakan di Peru, terjadi penolakan yang mengakibatkan gagalnya program ini. Menurut program ini meminum air panas dan sudah dimasak, secara kesehatan akan membantu seseorang untuk menjadi sehat. Hal ini bertolaak belakang dengan budaya masyarakat setempat. Mereka tidak terbiasa untuk meminum air panas dan yang sudah dimasak. Mereka menganggap, air panas hanya untuk orang yang sedang sakit. Sedangkan orang sehat tidka harus minum air panas. Difusi inovasi program air panas ini gagal karena pendekatan yang dari agen perubahan tidak mempertimbangkan kebiasaan masyarakat setempat. Itu artinya, agen perubahan terlalu berorientasi pada idealisme inovasi dan kurang berorientasi pada kebutuhan dan kebudayaan masyarakat setempat. Selain itu, terlalu fokus pada orang-perorang dan mengabaikan sistem sosial yang ada.

Cerita kegagalan ini memberikan gambaran dan penjelasan bahwa difusi adalah proses di mana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara para anggota sistem sosial. Dari penjelasan ini ada tiga hal yang menjadi kunci untuk memahami difusi.

Pertama, difusi adalah proses untuk mendorong lahirnya gerakan perubahan pada struktur dan fungsi sistem sosial. Itu artinya, difusi adalah sejenis perubahan sosial ketika ide-ide baru ditemukan, disebarkan, dan diadopsi oleh masyarakat bukan hanya orang per orang tertentu. Difusi mempengaruhi sistem dalam kemasyarakat, bukan individu. Mungkin saja beberapa individu menerima inovasi tersebut. Namun penerimaan itu hanya dikatakan difusi jika ada proses yang mempengaruhi sebagian besar orang-orang dalam masyarakat tersebut. Dan efeknya adalah perubahan sosial di dalam kemaysaraktan.

Kedua, dalam difusi ada komunikasi yang terbangun. Dalam konteks ini, komunikasi dimengerti sebagai proses penyebaran, promosi dan bertukar informasi satu sama lain untuk mencapai pemahaman bersama, sehingga inovasi tertentu bisa dimengerti, diterima dan diterapkan dalam kehidupan bersama. Itu artinya ada proses konvergensi (atau divergensi) ketika dua atau lebih individu saling bertukar informasi untuk mencapai tujuan dari difusi. Informasi yang tersebar atau dipromoasikan itu memiliki kadar kebaruan dan tujuannya adalah mempengaruhi sistem sosial dalam masyarakat.

Ketiga, sebagai proses yang tujuannya untuk mempengaruhi sistem sosial, maka difusi memiliki cara-cara tertentu agar dapat mencapai tujuan. Cara yang dilakukan bisa spontann dan terencana tetapi juga bisa sentralistik dan desentralistik. Dalam sistem difusi terpusat, keputusan mengenai hal-hal seperti kapan mulai mendifusikan inovasi, siapa yang harus mengevaluasinya, dan melalui saluran komunikasi apa inovasi tersebut akan didifusikan, dibuat oleh sejumlah kecil pemangku kepentingan atau ahli teknis yang menjadi pemimpin program perubahan. Dalam sistem difusi yang terdesentralisasi, pertimbangan-pertimbagan tersebut terjadi diantara orang-orang yang mengadopsi program tersebut. Dalam artian nampak dalam jaringan horizontal. Pola ini dipakai untuk menyebarkan informasi-informasi inovasi.

B. Unsur-Unsur Difusi?
Sudah dijelaskan bahwa difusi adalah proses di mana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara orang-orang untuk mempengaruhi sistem sosial. Dalam definisi ini ada empat elemen penting yaitu: inovasi, saluran komunikasi, waktu dan sistem sosial. Berikut akan dijelaskan elemen-elemen dari difusi.

1. Inovasi
Menurut Everett M. Rogers, inovasi adalah suatu ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh individu atau unit adopsi lainnya. Proses adopsi inovasi melibatkan keputusan untuk menerima dan menggunakan inovasi tersebut. Difusi inovasi dapat dimengerti sebagai proses tentang bagaimana ide dan teknologi baru tersebar dalam masyarakat. Inovasi juga dapat berupa perilaku, produk, informasi, dan praktik-praktik baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan. Proses adopsi inovasi memerlukan sikap mental dan konfirmasi dari setiap keputusan yang diambil oleh individu atau unit adopsi lainnya. Oleh karena itu, inovasi memegang peranan penting dalam perkembangan suatu masyarakat dan sistem sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun