Mohon tunggu...
Azhar Vilyan
Azhar Vilyan Mohon Tunggu... Wiraswasta - laki-laki yang suka sendiri dan suka nulis puisi

Aku hanya seonggok materi yang diterbangkan oleh keajaiban. WA-082311124888 (Ing 786)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kampanye Politik di Era Digital: Peluang dan Tantangan (Menangnya Para Opurtunis)

10 Desember 2023   18:36 Diperbarui: 10 Desember 2023   19:05 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini kita telah memasuki tahun politik, hingar-bingar kampanye dan pemberitaan politik telah memenuhi ruang publik. Berbagai kalangan dari politisi tingkat desa hingga tingkat nasional saling berlomba-lomba untuk menarik perhatian publik, baik calon Kades, Bupati/Walikota dan seterusnya.

Mereka melakukan berbagai cara untuk menarik perhatian pemilih, mulai dari kampanye door to door yang akrab dengan masyarakat, hingga memasang baliho dan spanduk yang menyesaki setiap celah,    hingga tidak tersisa ruang untuk sekedar mengistirahatkan mata. Bahkan ada pula yang melakukan cara primitif dan tidak bertanggung jawab, yaitu dengan memaku baliho di batang-batang pohon di pinggir jalan, yang mereka pikir pepohonan itu tidak merasakan sakit oleh ulahnya.

Metode kampanye usang (Meskipun laku) itu sebaiknya dikurangi. Apalagi kampanye yang tidak ramah lingkungan serta tidak bertanggung jawab, yang sejatinya tidak akan memberikan citra positif bagi para politisi itu sendiri.

Selain itu, metode kampanye yang tidak kreatif dan tidak menarik (mohon dukungannya, mari dukung kami, jangan lupa pilih kami dengan pose tersenyum sambil melipatkan kedua telapak tangan) tidak akan mampu menarik simpatik dan perhatian masyarakat yang kian hari semakin cerdas

Pada era digital seperti saat ini, para politisi perlu menggunakan metode kampanye yang lebih modern dan kreatif. Metode kampanye yang dapat memanfaatkan teknologi dan media sosial yang dengan itu dimungkinkan  dapat menjangkau lebih banyak orang dan memberikan informasi dengan lebih efektif dan efisien.

Sebelum hadirnya internet (Media sosial) kampanye politik seperti sebuah pertunjukan teater yang hanya bisa dinikmati oleh penonton yang hadir langsung di lokasi. Namun, kini, kampanye politik telah menjadi sebuah film yang bisa ditonton oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja tanpa mengeluarkan banyak biaya di berbagai ragam media sosial

Melalui media sosial, kampanye politik dapat menjangkau lebih banyak orang dalam waktu yang lebih singkat, dan lebih efektif serta bisa  menyasar kalangan "terdidik' tanpa harus berkampanye di ruang formal 

kalangan terdidik itu cenderung memiliki akses informasi yang luas dan bahkan yang lebih gilanya lagi, bagi mereka yang memiliki pengikut nan setia serta fanatik, cuitannya itu bagaikan sebuah sabda yang "wajib" diimani, yang kemudian akan mempengaruhi pemikiran pengikutnya secara tidak langsung pada konteks yang lebih riil.

Maka sangat beruntung sekali bila seorang calon yang akan bertarung memiliki puluhan bahkan ratusan influencer seperti itu, bisa dibayangkan dengungan yang ditimbulkannya akan melebih sorak-sorai massa di lapangan.

Selain itu, kampanye politik melalui dunia digital bahkan dapat ditargetkan ke kelompok pemilih tertentu berdasarkan demografi, minat, atau lokasi mereka. Sasaran kampanye  akan lebih terukur dan tersistematis.

Lebih lagi, bagi sebagian orang yang enggan ataupun malas mengemukakan suara di forum-forum resmi, dapat dengan lantang menyuarakan apa yang ada di hati terdalamnya di Platform tersebut. Bahkan mereka di sana dapat saling berbantah-bantahan, beradu argumentasi, bertukar gagasan serta pemikiran dengan calon kandidat secara langsung, tanpa dibatasi oleh protokoler bahkan norma sekalipun

Keunggulan lain dari media sosial adalah, setiap influencer yang menjadi corong dari salah satu kandidat dapat mempengaruhi puluhan, ratusan bahkan ribuan orang sekaligus dalam waktu singkat, tanpa mengeluarkan modal untuk pasang baliho, dan banner. Dan itu bisa dikatakan sebuah keuntungan bagi kandidat yang akan bertarung, bila mereka telah mempunyai influencer yang mempunyai pengikut yang banyak dan setia. Dalam arti kata, mereka telah memenangi sebagian pertarungan di gelanggang panjang dunia politik.

Namun setelah menggunakan kampanye digital lantas kampanye tatap muka ditiadakan? Tidak juga. Kampanye tatap muka tetap harus dijalankan namun tidak se-masif yang dilakukan di dunia digital.

Kampanye tatap muka ditargetkan hanya untuk menjangkau calon pemilih yang tidak memiliki akses ke media digital, khususnya bagi usia di atas 50 tahun selain daripada masyarakat yang akses internetnya terbatas.

Namun pada prakteknya di lapangan, kampanye tatap muka adalah kampanye yang bisa disebut kampanye pamungkas, yang di dalamnya nanti kita bisa kita dapatkan berbagai macam jurus yang dilakukan Timses untuk meraih suara. ( wajib mempunyai uang tidak ber-seri) Politik uang, bagi-bagi Sembako yang diselipi stiker calon, disertai angpao sebagai tanda terimakasih, atau dengan cara yang lebih berani dan beresiko, yaitu membagikan uang  dengan nominal tertentu pada serangan fajar, misalnya.  (Di sini diperlukan Timses yang benar-benar teruji dan bisa dipercaya, karena tidak sedikit uang yang rencananya akan dibagikan pada calon pemilih, ternyata 'disikat' oleh Timsesnya sendiri.) 

Dan yang menjadi tantangan tersendiri bagi seorang calon adalah bagaimana dia bisa memanage Timsesnya dengan baik dan benar, karena tak jarang pula ditemui para Timses tersebut bermain di dua kaki. Karena melihat banyaknya terjadi  Timses yang berubah haluan, hingga 'menggigit' tuannya sendiri, maka dari kejadian itu dapat disimpulkan  kebanyakan dari mereka ini sebetulnya adalah kaum oportunis. Bagi mereka setiap ada peluang dan kesempatan tak akan mereka lewatkan begitu  saja, yang mereka lihat hanya keuntungan semata, tanpa mempertimbangkan etika, nilai ataupun prinsip.

Maka bagi calon yang akan bertarung berhati-hatilah terhadap mereka-mereka ini, 

Apabila anda menang, seolah-olah merekalah orang yang paling berjasa atas kemenangan tersebut. Dan apabila anda kalah, mereka akan berlalu dari hadapanmu seperti kotoran di yang mengalir di sungai, dan mereka tidak akan merasa punya andil atas kekalahan tersebut.

Maka untuk itu tempatkan kaum oportunis ini sebagai musuh kedua anda. Terlepas nantinya anda menang atupun kalah, sejatinya yang memenangi pertarungan tersebut adalah mereka ini.

Pada umumnya seperti yang banyak orang rasakan, dan tidak dapat pula untuk dipungkiri, yaitu politik itu kotor, sarat dengan tipu daya,  manipulasi, dan intrik, yang diiringi seribu dusta.  

Namun, semua akan berpulang pada aktor nya. Apakah dia akan memainkan peran antagonis  ataupun sebaliknya. Tetapi yang jelas, seperti yang dikatakan Najwa Shihab "Bagi rakyat, politik bukan urusan koalisi atau oposisi tetapi bagaimana kebijakan publik mengubah hidup sehari-hari"

Dan sebagai tambahan, berfikirlah seribu kali untuk terjun di dunia politik, karena sejalan dengan yang dikatakan Will Rogers seorang aktor Amerika 90 tahun silam " Politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang."

Azhar Vilyan 

Seorang penikmat rokok kretek

Tinggal di Sukabumi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun