Mohon tunggu...
Ingrit Dilla Farizna
Ingrit Dilla Farizna Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Fakultas Hukum UIN Jakarta

SINE AMOR NIHIL EST VITA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komersialisasi Pendidikan

10 Februari 2022   09:01 Diperbarui: 10 Februari 2022   09:06 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas hak-hak kebutuhan ekonomi di negri ini yang sedang mengalami krisis. Indonesia pun tersulut pada ketertinggalan dalam pendidikanya, bukan melihat pada kurikulum pembelajaran siswa namun juga kepada keadaan pembelajaran yang harus semestinya didapatkan oleh peserta didik.

Pendidikan sangatlah penting dan dikatakan sebagai hal paling utama. Dimana dari hasil pendidikan sendiri yang akan merubah neegri kepada hal lebih baik dimasa mendatang dengan generasi-generasi yang siap mengeluarkan skill yang dimiliki dalam dunia saing di masa kini dan selanjutnya.

Namun rasanya, hal tersebut sudah banyak keluar dari tatanan pendidikan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan para siswa dan mahasiswa. Dari para instansi yang memikirkan nominal hingga maniak uang persekolahan misalnya. Pendidikan kita pun rupanya ikut tidak baik-baik pula.

Selepas para lembaga yang mengatasnamakan rupiah. Apakah tempat tersebut layak dikatakan sebagai tempat menimba ilmu?

Kenyataannya bahwa sisi lain tempat tersebut hanyalah berisi sistem kapitalis. Pendidikan bukan tempat komersialisasi. Kita hidup diatas tanah yang menganut demokrasi, maka pendidikan tetaplah bersuara pada "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat" tidak membedakan siapa yang memiliki angka rupiah terbesar dan tidak menghakimi mereka yang lusuh tak pantas atas bangku sekolahan.

Saat ini kita hidup dimana 1 persen orang yang memiliki kekayaan sebanding dengan 99 persen penduduk dunia. Di Indonesia saja misalnya, kekayaan yang dimiliki 40 orang terkaya setara dengan 60 juta rakyat yang paling miskin. Hal tersebut dikarenakan pola hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan. Juga bahan dan alat yang dimiliki para pengusaha tersebut hanya dimiliki pribadi dan hanya sekian persen memakmurkan orang dan sisa nya dikeruk keuntungan nya untuk pribadi dan inilah yang dimaksud dengan sistem kapitalis.

Karena hal tersebut hanya terdapat pada segelitir orang, maka tak ayal para kapitalis itu tidak perduli dengan keadaan yang terjadi diluar lapangan yang menyangkut kebanyakan orang, pada kasta bawah utamanya.

Dunia pendidikan sangatlah penting untuk membangun generasi-generasi kuat berikutnya. Daripada itu, sepertinya kini yang terlihat adalah dimana dunia pendidikan sendiri seakan-akan kental pada sistem kapitalisme. Tentu saja jelas itu merupakan komersialisasi pendidikan, sebab sejatinya pendidikan itu bukan bisnis, tapi sarana prasarana yang sangat dibutuhkan rakyat untuk mencerdaskan generasi berikutnya.

Namun kini, sekolah hanya sebagai tempat perdagangan produksi manusia dengan menjadikannya sebagai sarana untuk mencetak tenaga kerja terdidik dengan biaya murah,, dunia pendidikan dijadikan sebagai tempat mendidik para generasi muda agar menjadi penurut dalam tatanan masyarakat kapitalis, yang kaya bebas berkarya dan yang miskin hanya melihat dari balik jendela, juga sebagai tempat berlangsungnya akumulasi modal itu sendiri.

Sebagaimana pendidikan yang kita rasakan saat ini. Dalam wajah Indonesia saat ini tentu saja kita merasakan betul wajah-wajah komersialisasi pada sistem pendidikan kita. Sejak masa orba hingga reformasi kini yang kita rasakan hanyalah perihal pendidikan yang kian hari kian memberatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun