Mohon tunggu...
Maria Ingridelsya J
Maria Ingridelsya J Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 4 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

I am an undergraduate student of Communication Science with a concentration in Mass and Digital Communication at Universitas Atma Jaya Yogyakarta. I have developed skills in article editing, writing, public speaking, and video

Selanjutnya

Tutup

Film

Menyusuri Keberagaman dalam Film Animasi

16 Oktober 2024   16:20 Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:14 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film animasi adalah film dengan format produksinya diciptakan dari serangkaian gambar analog maupun digital dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Rangkaian gambar ini membentuk suatu ilusi gambar bergerak yang dapat membuat sebuah cerita di mana tidak terbatas oleh peralatan teknologi, ruang dan waktu (Astuti, 2022:14). 

Saat ini, film animasi dipenuhi dengan jenis cerita yang bervariasi tentang anak-anak hingga dewasa. Hal ini membuktikan bahwa film animasi telah berkembang menjadi genre yang mampu memikat penonton tanpa adanya batasan usia. 

Sekian banyaknya genre film animasi, terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada alur cerita, proses produksi hingga distribusi film pada setiap genre. Industri film animasi mengalami perkembangan pesat seiring dengan kemajuan teknologi CGI. Platform streaming juga berperan besar dalam memperluas akses penonton. 

Berikut ini adalah tiga contoh film animasi dengan genre dan pendekatan produksi yang berbeda, yaitu film Soul (2020), Raya and the Last Dragon (2021) dan If Anything Happens I Love You (2020).

SOUL (2020)

Soul merupakan film dengan paduan dari animasi drama tentang Joe Gardner, seorang guru musik yang bermimpi bisa tampil di panggung besar. Saat hampir berhasil meraih impiannya, jiwanya terlepas dari tubuhnya dan terjebak di The Great Before. 

Di dunia tersebut, Joe harus menjadi mentor bagi 22, jiwa yang enggan lahir ke bumi. Konflik muncul ketika 22 tidak ingin hidup di dunia, sedangkan Joe bertekad kembali untuk mengejar mimpinya.

Produksi film ini tidak bisa dibilang mudah. Film ini disutradarai oleh Pete Docter dan Kemp Powers dan menggandeng Dana Murray sebagai produser. Soul merupakan film Pixar dengan tokoh utama orang berkulit hitam atau Afrika-Amerika, yang mana hal ini menarik perhatian penonton. Tim produksi melakukan riset dan berkonsultasi dengan komunitas orang berkulit hitam. 

Film ini menggunakan animasi CGI untuk menggambarkan kehidupan alam jiwa yang abstrak. Tim produksi telah melakukan banyak riset, eksplorasi, hingga mencoba berbagai tipe material hingga rendering, mempertimbangkan definisi 'jiwa' lalu dapat diolah menjadi satu film.

Musik merupakan elemen penting dalam Soul. Film ini melibatkan musisi Jazz, Jon Batiste, dalam memberikan sentuhan autentik yang harus sejalan dengan pesan utama dari film ini.

Dibatasi oleh pandemi Covid-19, film ini pada akhirnya hanya didistribusikan pada platform streaming online, yaitu Disney+. Tema film ini menargetkan pada seluruh usia karena menceritakan tentang makna hidup dan pencarian jati diri.

RAYA AND THE LAST DRAGON (2021)

Sumber: impawards.com
Sumber: impawards.com

Raya and the Last Dragon mengeksplorasi kebudayaan dan keindahan alam Asia Tenggara, termasuk Indonesia dengan memberikan petualangan seru tentang dunia fantasi yang bernama Kumandra. 

Raya harus bekerja sama dengan naga terakhir untuk menyelamatkan Kumandra dan menyatukan kembali rakyatnya yang terpisah dan membentuk suku baru. Uniknya, setiap suku memiliki budaya yang berbeda dan terinspirasi dari berbagai tempat di Asia Tenggara. 

Untuk memastikan akurasi budaya, tim produksi berkonsultasi dengan pakar budaya dan melakukan riset langsung ke berbagai negara di Asia Tenggara untuk mempelajari budayanya secara mendalam. 

Film ini menggunakan animasi CGI untuk menciptakan visual yang unik namun terlihat seperti nyata, termasuk lanskap dan elemen fantasi yang terinspirasi dari Asia Tenggara. Produksi film animasi terdiri dari beberapa rangkaian berdurasi beberapa menit, dengan setiap rangkaian berisi banyak cuplikan. Dalam satu detik, puluhan bingkai muncul berurutan dalam waktu yang sangat cepat. 

Film Raya and the Last Dragon menampilkan ratusan ribu bingkai animasi. Stereo 3D juga diperhitungkan untuk menciptakan kedalaman pada mata kiri dan mata kanan karakter. 

Sumber: disneyanimation.com
Sumber: disneyanimation.com
Film Raya and the Last Dragon dirilis pada bioskop dan Disney+ Premier Access, dengan biaya tambahan. Strategi ini diperlukan untuk tetap meraih keuntungan walaupun tidak hanya melalui bioskop. 

Elemen fantasi dan petualangan tentu saja menarik bagi anak-anak dan. Film ini berhasil menggaet penonton di pasar internasional, terutama di Asia Tenggara, berkat penggambaran budaya yang autentik dan cerita yang menarik.

IF ANYTHING HAPPENS I LOVE YOU (2020)

Sumber: imdb.com
Sumber: imdb.com

Berbeda dari dua film sebelumnya, If Anything Happens I Love You adalah film animasi pendek berdurasi 12 menit yang hanya tayang di Netflix. Film ini menceritakan tentang orang tua yang kehilangan anaknya. 

Kehilangan tersebut menyebabkan kesenjangan komunikasi di antara keduanya. Dalam film ini, sepasang suami istri terakhir melihat anaknya ketika mengantarnya ke sekolah, lalu terjadinya penembakan pada sekolah tersebut. 

Animasi pada film ini menggunakan animasi 2D minimalis dengan memadu-madankan warna-warna cerah, seperti biru, hijau, dan kuning yang merayakan kehidupan seorang anak. 

Sangat jenius ketika tim produksi berhasil membuat penonton terlarut dalam kesedihannya padahal tak ada dialog yang muncul pada film ini. Tantangan untuk menentukan satu gambar yang paling tepat untuk menentukan emosi telah dilalui.

Sumber: Netflix Trailer via Youtube
Sumber: Netflix Trailer via Youtube

Musik adalah elemen yang terpenting dalam film tanpa dialog. Lindsay Marcus menciptakan musik berdurasi 8 menit dari durasi film 12 menit. Selain itu, Inner-City Youth Orchestra of LA (ICYOLA) yang dipimpin oleh Charles Dickerson diundang untuk membuat aransemen dan menampilkan lagu "Beautiful Dreamer".

 Selain itu, lagu "1950" karya King Princess juga ditampilkan pada film ini. Penggunaan musik yang kuat menjadi jembatan untuk mengungkapkan perasaan yang mendalam, membuat penonton terhubung dengan emosi karakter.

Film ini meraih penghargaan Oscar untuk Best Animated Short Film, menjadi #1 di 14 negara, dan masuk 10 besar Netflix di 67 negara. Selain itu, film ini viral di TikTok dengan tagar #ifanythinghappensiloveyou, yang memicu challange di TikTok bagi penonton.

Ketika film ini menunjukkan bagaimana perbedaan genre memengaruhi secara keseluruhan proses produksi hingga distribusi. Soul membutuhkan produksi yang kompleks untuk menggambarkan alam lain yang abstrak. Raya and the Last Dragon memerlukan visual yang megah serta proses riset yang mendalam. Sementara, If Anything Happens I Love You menunjukkan kekuatan animasi sederhana yang fokus pada pesan emosional. 

Dari uraian ketiga film ini, film animasi kini tidak lagi sekadar hiburan untuk anak-anak. Dengan beragam genre dan tema, animasi dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan filosofis, petualangan seru, hingga kritik terhadap isu sosial. 

Tiga film ini membuktikan bagaimana animasi memiliki daya tarik yang luas serta mampu menggunggah emosi dan pikiran penonton dari beragam usia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun