Mohon tunggu...
Ingrid Jiu
Ingrid Jiu Mohon Tunggu... -

I want to be a Great Writer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Lemukutan, Pulaunya Lay Muk Tan, Benarkah?

8 Agustus 2016   12:04 Diperbarui: 8 Agustus 2016   23:53 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelampung dipasang, tak lupa mengancingnya dengan seksama, pasang alat snorkeling yang berupa kacamata dan alat bernafas di dalam air. Oke, setelah semua nya siap. Kami akan segera terjun ke dalam air dan memulai snorkeling.

Pada kali pertama terjun ke dalam air. Kudapati banyak pemandangan lucu. Ada salah satu di antara teman kami yang berguling-guling di atas permukaan air, seperti tengah berada di ruang angkasa tanpa gravitasi. Entah kenapa bisa demikian? Aku sendiri pun keheranan. Kulihat seluruh tubuh nya melayang-layang, lalu berguling-gulingan. Membuatku diam-diam tertawa cekikikan. Ada pula yang sekali terjun tidak bisa bergerak sama sekali. Tubuh nya terlihat kaku meskipun tangan dan kaki nya sudah digerakkan dengan gaya bebas, namun tetap saja tidak bergerak sesenti meter pun. Padahal kami tidak melawan arus, malah kami yang mengikuti arus.

Salah seorang teman kami yang berbadan gemuk dan berwajah lucu. Sekali terjun ke dalam air meluncur seperti batu, dan tubuh gemuk nya tampak besar sekali seperti bayi. Aku jadi teringat dengan salah seorang keponakanku sewaktu kecil dulu. Juga berbadan gemuk dan berwajah lucu, dengan kedua tangan sering kuangkat dengan menopang kedua ketiak nya sambil bersenandung, nang ning..ning nang ning nung..nang ning..ning nang ning nung.. Sambil masih bersenandung, keponakanku itu akan cekikikan dan tertawa dengan tampang yang lucu.

Seperti nya terumbu karang di sekitar dermaga Dusun Tanjung Jati sedikit mengecewakan. Pasal nya, seingatku dua tahun yang lalu, di kala aku datang pada kali pertama, terumbu karang yang ada sangat lah indah. Banyak ikan berwarna-warni, terumbu karang pun masih asri, banyak pula binatang laut yang berukuran kecil, ada yang merayap, ada pula yang berenang. Banyak kutemui lala dengan warna yang lengkap. Ungu, hijau, coklat, orange, kuning, hitam, dan ada pula yang bermotif. Namun, sayang nya, seperti nya kini banyak yang rusak dan juga hilang. Kuperhatikan banyak karang yang patah, banyak pula sampah yang sangkut di terumbu karang, batu-batu pun terasa kurang. Ikan yang berenang pun tampak nya kesulitan, sebab airnya keruh yang menyebabkan pandangan di dalam air kabur. Oh, aku sangat kecewa. Mestinya tidak begini, bukan? Terumbu karang yang ada adalah aset untuk dijual untuk pariwisata. Dengan terumbu karang yang telah rusak dan jelek, sungguh bukan lagi suatu hal yang menarik. Atau apakah mungkin pengaruh air laut tengah pasang? Entahlah, kupikir terumbu-terumbu karang yang ada tidak mungkin akan patah jikalau tidak ada yang merusak nya. Ternyata begini caranya orang Indonesia menjaga alam nya, tak seperti negeri-negeri tetangga ataupun luar negeri lain nya.

Lebih dari tiga jam-an kami bersnorkeling. Entah berapa kilometer telah kami telusuri. Namun, seperti nya teman-teman pada senang dan juga suka, mungkin ada di antara mereka adalah kali pertama memiliki pengalaman bersnorkeling. Dan patut diacungkan jempol akan semangat mereka yang kerap menyala-nyala, tiada padam nya. Meskipun ada beberapa yang mengeluh kelelahan. Wajar, lha aku sendiri saja lelah. Yang muda saja kelelahan apalagi aku yang lebih tua dari mereka.

Ada juga beberapa teman yang menyewa pelampung, dan kondisi pelampung nya sungguh memprihatinkan. Kancing nya rusak lah, resleting nya lah, tali nya lah, ini nya lah, itu nya lah, anu nya lah. Aku yakin, bersnorkeling dengan pelampung yang terpasang tidak utuh sungguh tidak lah nyaman. Bahkan akan menyulitkan badan kita yang tidak bisa terapung dengan sempurna.

Itulah cerita kami di hari pertama. Yang jelas, semua nya senang, semua nya gembira, semua nya pun bersukacita. Aku yang melihat pun jadi bahagia. Sebab, inti dari sebuah perjalanan, adalah sukacita nya, bukan lah keluh kesah nya, terlebih lagi akan keluh kesah yang bersifat saling menyalahkan. Dengan demikian, tentu bukan lagi sukacita yang didapatkan, melainkan dukacita tentu nya.

Oke. Sebenarnya aku sudah tak sabar ingin menjelajah apa yang dikatakan oleh Bapak yang menuturkan tentang anak-anak tangga yang dibuat dari tanah yang merupakan peninggalan dari jaman Lay Muk Tan di Teluk Cina. Nah, keesokan hari nya, usai makan siang, usai perut kami kenyang diisi dengan berbagai masakan dan menu berupa ikan. Kami pun siap untuk berangkat ke Teluk Cina.

Mula-mula dari Dusun Tanjung Jati, kami mulai memasuki daerah Desa Teluk Melanoa. Di sini ada pasar kecil dan juga sebuah dermaga besar. Rumah-rumah yang ada dibangun cukup rapi. Ada pula yang tidak rapi sama sekali dan terkesan sangat berantakan. Maklum, ini adalah rumah kampung, sesuatu yang sangat wajar, bukan? Ada beberapa warung yang menjual barang-barang sembako, dan juga menjual minuman. Yang membuatku sangat terkesan adalah sampah nya. Mungkin untuk beberapa tahun mendatang, sampah-sampah ini akan menggunung di ketinggian entah berapa mdpl.

Selain warung sembako dan warung minuman. Ada juga beberapa penginapan. Sepanjang perjalanan, ada kala nya jalan menanjak menaiki perbukitan, ada pula menurun. Namun, kondisi jalanan cukup bagus, sebab sudah disemen. Hanya ada beberapa titik yang berkondisikan hancur, mungkin banyak dilintasi oleh sepeda motor yang kerap berlalu-lalang.

Selepas desa Teluk Melanoa. Kondisi jalan mulai sepi. Kiri adalah hutan di atas perbukitan, dan kanan berupa tepian pantai. Teman-teman sibuk berpose dan berselfie ria. Kami juga kerap berpose bersama-sama. Kebetulan teman kami yang berbadan gemuk dan berwajah lucu itu, adalah seorang penggemar photografi. Jadi, kami pun diminta untuk menjadi model, tanpa honor tentu nya. hehe..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun