Ilmu Tinggi, Adab Lebih Tinggi
“Orang Beradab sudah pasti berilmu, orang berilmu belum tentu beradab”
Kalimat tersebut pasti sudah tidak asing di telinga kita, tapi belum banyak orang yang belum memahami makna dari kalimat tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, antara ilmu dan adab adalah dua elemen penting yang tidak bisa dipisahkan. “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh” Abu Zakariya An Anbari. Ilmu menjadi Cahaya yang menerangi jalan hidup, sedangkan adab adalah Kompas yang mengarahkan manusia untuk berjalan di jalan yang benar. Namun, dalam pandangan Islam dan tradisi para ulama, adab memiliki kedudukan lebih tinggi dari Ilmu. “Aku lebih menghargai orang yang beradab dari pada berilmu” Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Pernyataan ini bukan untuk merendahkan nilai ilmu, tetapi untuk menegaskan bahwa ilmu tanpa adab bisa membawa kehancuran sementara adab tanpa ilmu tetap menjaga nilai kemanusiaan.
Pengertian Adab dan Ilmu
Secara bahasa Adab berarti tata krama, sopan santun, atau perilaku yang baik. Adab dalam pengertian yang lebih luas, mencakup perilaku, sikap dan akhlak yang mencermikan kemulian diri seseorang di hadapan Allah, sesama manusia dan lingkungannya dalam menjalani kehidupan. Sedangkan ilmu merupakan pengetahuan manusia yang diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pengamatan, pengalaman, maupun pendidikan formal. Antara adab dan ilmu, keduanya saling melengkapi, dalam Sejarah Islam menunjukkan bahwa adab selalu ditekankan lebih dahulu sebelum seseorang mempelajari ilmu. Para ulama sering kali mengajarkan adab kepada murid-muridnya sebelum mengajarikan ilmu. Hal ini membuktikan bahwa pondasi dari ilmu yang bermanfaat adalah adab yang baik.
Imam Malik, salah satu imam Mazhab dalam Islam, pernah berkata “Pelajari adab sebelum mempelajari ilmu”. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa adab adalah dasar bagi setiap orang yang ingin mecari ilmu. Tanpa adab, ilmu yang diperoleh dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Contohnya, seorang yang memiliki ilmu tetapi sombong, merendahkan orang lain atau menggunakannya untuk tujuan yang tidak baik, pada akhirnya akan kehilangan keberkahan dari ilmu tersebut dan menjadi bencana bagi dirinya sendiri.
Adab mencakup berbagai aspek, seperti:
- Adab kepada Allah SWT
- Mengimani bahwa ilmu yang diperoleh adalah anugerah dari Allah dan digunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
- Adab kepada yang lebih tua
- Menghormati dan berbicara yang sopan, secara lemah lembut dan tidak mendahulukan perkaataannya.
- Adab kepada guru
- Menghormati guru adalah salah satu bentuk adab yang sangat penting. Sebab, guru adalah perantara dalam menyampaikan ilmu.
- Adab kepada sesama.
- Ilmu yang dimiliki seharusnya digunakan untuk kemaslahatan umat, bukan untuk menindas atau merugikan orang lain.
- Adab kepada diri sendiri
- Menjaga akhlak, disiplin dan kerendahan hari adalah bentuk penghormatan kepada ilmu itu sendiri.
Ilmu tanpa adab: Sebuah Bencana
Sejarah telah mencatat banyak contoh dimana ilmu yang dimiliki seseorang tidak dibarengi dengan adab, justru membawa bencana bagi dirinya dan bahkan bagi orang lain. Ilmu pengetahuan yang disalahgunakan demi kekuasaan atau karena kekuasaan justru akan menghancurkan diri nya sendiri dan menjadi bukti bahwa ilmu tanpa adab adalah ancaman. Dalam kehidupan sehari-hari, tak jarang kita melihat atau temui orang-orang yang berilmu tetapi sangat sulit menghormati dan menghargai orang lain, egois atau bahkan menipu demi kepentingan pribadi. Hal ini sangat menunjukkan betapa pentingnya adab sebagai pengendali ilmu.
Menghidupkan adab dalam kehidupan
Ditengah arus modernisasi dan digitalisai saat ini, adab kerap terlupakan atau dipandang sebelah mata. Menghidupkan kembali nilai-nilai adab dalam kehidupan adalah tugas besar yang perlu diwujudkan, baik secara individu maupun kolektif, demi menciptakan yang bermartabat dan harmonis. Adab bukan sekadar hiasan hidup, tetapi inti dari kehidupan yang harmonis. Adab mengajarkan manusia untuk bersikap rendah hati, menghormati perbedaan dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Tanpa adab, kehidupan menjadi kacau, karena ilmu, kekuasan atau kedudukan tanpa akhlak hanya akan menimbulkan kerusakan.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (HR. Ahmad). Hadis ini menunjukkan bahwa tujuan utama dari ajaran Islam adalah memperbaiki akhlak, yang mencakup adab dalam segala aspek kehidupan.
Adab adalah mahkota ilmu yang memberikan arah dan makna bagi ilmu yang dimiliki seseorang. Ilmu tanpa adan hanyalah Kesia-siaan, sedangkan adab tanpa ilmu tetap membawa manfaat. Oleh karena itu, mari kita prioritaskan pembentukan adab dalam kehidupan, baik da;am keluarga, masyrakat, maupun dunia pendidika. Dengan demikian ilmu yang kuta miliki akan memebawa keberkahan dan kemaslahatan bagi semua. Sebagaimana pepatah bijak mengatakan, “Adab itu bagaikan garam dalam makanan. Tanpa garam, makanan kehilangan rasanya; tanpa adab, ilmu kehilangan nilainya”.
Wallahu A’lam Bisshawaf
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI