Mohon tunggu...
Ingatan Sihura
Ingatan Sihura Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kebersamaan keluarga suatu kebahagiaan sejati.

If You Don't Learn, You Will Die (Jika Engkau Tidak Belajar, Maka Engkau Akan Mati). Sering Membaca, Sering Menulis Bicara Teratur. Menulis adalah satu minat yang ingin diaplikasikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apakah Menulis Itu Harus Dimulai dengan Sempurna?

17 Juni 2021   15:44 Diperbarui: 17 Juni 2021   15:49 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayo Menulis [Dok. Pribadi]

APAKAH MENULIS ITU HARUS DIMULAI DENGAN SEMPURNA?

Setelah menayangkan artikel "Harimbale : Pasar Tradisional Ono Niha" di Kompasiana.com, saya kemudian membagikan link-nya ke setiap grup untuk dibaca. Tidak pernah saya lewatkan juga membagikan setiap artikel tersebut ke grup teman seangkatan. Selain meminta mereka untuk membaca artikel yang saya buat, saya juga sering meminta mereka untuk mulai menulis, mulai dari pengalaman harian hingga artikel lepas. Tujuan saya agar mereka juga seperti saya, mampu untuk menuangkan pemikirannya yang kemudian dibagikan ke publik atau masyarakat luas. Tentu ini menjawab salah satu tugas masyarakat akademik kepada publik atau masyarakat luas. Hal ini lebih dikenal dengan Pengabdian Kepada Masyarakat; lewat buah pikiran dan pengalaman.

Tidak disangka bahwa berbagai alasan dilontarkan, mulai dari tidak ada waktu hingga tidak ada ide bahkan yang lebih menarik perhatian saya adalah "saya tidak bisa menulis dengan baik dan benar". Saya kemudian berpikir, apakah menulis itu harus dimulai dengan sempurna?

Seruput Kopi Hitam [Dok. Pribadi]
Seruput Kopi Hitam [Dok. Pribadi]

Sambil istrahat di pondok Aristoteles dan menikmati segelas kopi hitam setelah makan siang, saya kemudian melihat kata-kata Aristoteles (384-322 SM) yang dulu saya buat menjadi nama dan semboyang dari pondok ini. Tidak ada seorang yang jenius tanpa sebuah pemikiran yang gila. Kata-kata Aristoteles ini kemudian ketika saya renungkan, ini menjadi jawaban pertayaan saya sebelumnya, apakah menulis itu harus dimulai dengan sempurna?

Papan Merek Pondok Aristoteles [Dok. Pribadi]
Papan Merek Pondok Aristoteles [Dok. Pribadi]

Dari kata-kata Aristoteles ini saya renungkan: Tidak ada tulisan yang sempurna tanpa dimulai dengan tulisan yang kacau balau. Saya meneruskan renungan saya bahwa, ketika mulai menginjakkan kaki di Sekolah Dasar khususnya kelas 1 (tanpa melewati sekolah taman kanak-kanak), tulisan tangan saya sungguh sangat kacau dan sering dikatai "tulisan cakar ayam". Namun tat kala saya terus-menerus belajar menulis, tulisan tangan saya akhirnya bisa dibaca.

Setelah merenung beberapa saat, saya melihat setidaknya ada tiga alasan mengapa orang (khususnya masyarakat akademik) susah menulis. Alasan yang saya maksudkan antara lain:

Kemauan dan Keinginan. 

Kemauan dan kinginan yang saya maksudkan adalah seseorang itu merasa tertarik untuk melakukan kegiatan menulis. Kemauan dan keinginan ini tentu dibarengi dengan rasa tanggung jawab terhadap ilmu yang ia miliki. Sebagai wujud dari tanggungjawab itu ialah bahwa ia telah mendapatkan ilmu itu dengan cuma-Cuma, maka dari dia juga harus bertanggungjawab membagikannya dengan cuma-Cuma. Saya tertarik dengan apa yang pernah dikatakan oleh  Bapak Artidjo Alkostar seorang hakim Agung dalam wawancara bersama Najwa Shihab. Kurang lebih saya menangkap apa yang dikatakan beliau bahwa ia menulis semua jejaknya selama menjadi hakim dalam bentuk buku sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada publik.

Perbendaharaan Kata Yang Kurang.

Mengapa orang bisa menjadi kurang dalam perbendaharaan kata? Jawabannya tidak lain adalah karena orang kurang membaca. Orang yang sering membaca, ia dengan mudah menyusun kata-kata menjadi kalimat; kalimat menjadi paragraf; dan paragraf menjadi sebuah tulisan. Dalam survei tentang minat baca, kita di Indonesia pada umumnya sangat kurang. Dalam hal ini, saya mengingat apa yang pernah dikatakan oleh Guru faforit saya di SMA dulu, Ibu Mefilia Hondro. Ia pernah mengatakan di kelas kami bahwa: "Orang yang sering membaca dan orang yang sering menulis, bicaranya akan teratur".

Kemampuan Menuangkan Ide.

Selain kemauan, keinginan dan perbendaharaan kata yang cukup, kemampuan menuangkan ide juga sangatlah diperlukan. Dalam menyelesaikan sebuat tulisan, orang juga harus memiliki ide yang cukup. Dari mana ia mulai, kemudian apa yang menjadi ide dasarnya dan apa yang menjadi ide pendukungnya. Semua ini dibungkus dalam sebuah bentuk yang dinamakan alur.

Setidaknya ada tiga alur yang sering digunakan dalam berbagai hal. Alur tersebut antara lain: (1). Alur Maju; (2). Alur Mundur; dan (3). Alur Maju Mundur. Ketiga alur ini bisa dipakai salah satu untuk merangkai sebuah ide yang tentunya mengalir. Penggunaan alur ini ibarat kita yang sedang berbicara dengan orang lain.

Sedang Menulis di Pondok Aristoteles [Dok. Pribadi]
Sedang Menulis di Pondok Aristoteles [Dok. Pribadi]

Pada akhirnya saya merenungkan bahwa, apakah menulis itu harus dimulai dengan sempurna? TIDAK! Mengawali suatu peristiwa menulis, jangan pernah berpikir harus sempurna dulu. Bahwa sanya kita menulis menuju ke sempurnaan, itu tentu pasti. Jadi saya berani mengatakan bahwa: "Menulis itu adalah suatu proses penuangan ide secara tertulis". Menulis itu layaknya kita sedang bercerita, walaupun dilaksanakan dalam bentuk tulisan. Maka bulatkan tekat untuk mau dan ingin menulis, perbanyak perbendaharaan kata dengan menumbuhkan niat baca dan pada akhirnya, jangan ragu menuangkan ide. Jangan ragu memulai, mari kita mainkan saja.

Semoga Bermanfaat.

Kamis, 17 Juni 2021.

Ya'ahowu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun