Di rumah, saya memiliki sepasang itik yang belum lama ini diberikan oleh keluarga. Sepasang itik ini baru sekitar 6 bulan. Itik ini sungguh menjadi satu hiburan bagi saya ketika pulang kerja. Itik dengan gaya dan pembawaannya yang khas membuat saya terhibur apa lagi ketika memberi mereka makan. Saya membuatkan mereka kandang tepat di depan rumah, di samping kolam ikan lele, dimana saya sering bersantai.
Suatu sore ketika saya pulang kerja, saya melihat kandang dan tidak menemukan keberadaan sepasang itik ini. Saya mulai mengamati dan kemudian mengetahui bahwa mereka melewati pagar dengan menyusuri celah bambu. Saya kemudian bergegas menanyai semua anggota keluarga dan menyatakan tidak tahu. Saya berpikir lagi bahwa itik ini masih belum jinak, dan ini menjadi satu kesulitan tersendiri.
Hari menjelang gelap, pencarian pun masih saya lakukan. Saya kemudian teringat bahwa di sekitar rumah ada lubang yang cukup dalam, yang sengaja dibuat untuk menjadi sarana serapan air. Saya kemudian bergegas ke sana dan menemukan sepasang itik saya yang terperangkap di sana. Saya berencana turun, namun tidak muat. Saya akhirnya membuat tempat untuk memancing mereka masuk dan kemudian mengangkatnya.
Dengan bersusah payah, setiap kali saya mendorong mereka kedalam perangkap menggunakan kayu, mereka terus mengelak. Akhirnya betina bisa diangkat ke permukaan. Namun diluar dugaan saya, ternyata ada lubang kesamping di bawah lubang ini. Usaha saya menjadi sia-sia ketika si jantan masuk kesana dan tidak keluar lagi.
Dalam hati saya berpikir, lubang ini tentunya semakin dalam karena perjalanan air membuat bagian dalam tanah terus terkikis. Selain itu, daerah dimana saya berada adalah daerah yang agak rimbun dan terkenal dengan daerah yang masih banyak ditemukan ular. Saya kemudian berpasrah biarlah. Kalau pun ia selamat, syukur. Kalau pun ia mati terperangkap di sana atau bahkan dimangsa ular, saya mengikhlaskannya.
Pada pagi hari, saya mencoba mencoba melihat dan lubang masih kosong. Saya sepertinya merasa bersalah karena terlalu memaksa untuk menganggkat mereka melalui perangkap yang saya siapkan, akhirnya si itik merasa itu menjadi ancaman dan langsung memasuki lubang itu. Ditengah keputusasaan, saya meyakini diri sendiri bahwa ia akan aman dan saya mulai meletakkan makanan di dasar lubang. Saya berpikir mana tahu ia selamat dan keluar kembali dari lubang itu.
Tiga hari berlalu, tidak ada tanda-tanda. Makanan yang saya tinggalkan pun tidak ada tanda-tanda disentuh. Pagi itu, saya sudah mengikhlaskan dan menganggap ia sudah mati. Saya pun mengatakan kepada keluarga untuk membeli penggantinya.
Sore hari, sementara saya masih di kantor, Hp saya bunyi dan saya tahu itu adalah orang yang berkantor di sebelah rumah saya. Seperti biasa saya mengangkatnya dan ia bertanya apakah saya mempunyai itik. Saya bilang: "ya saya punya, dan tinggal satu lagi, dan yang satunya itu mati terperangkap di dalam lubang di sebelah rumah itu". Ia kemudian menjelaskan ke saya bahwa ia kaget ketika hendak membuang pecahan kaca kedalam lubang tersebut, ia seperti melihat penampakan yang berwarna putih yang hanya berselang sekitar 30 detik. Saya kemudian meyakinkan beliau bahwa itu adalah itik saya dan ternyata masih hidup.
Setelah pembicaraan tersebut, saya menjadi bersemangat bahwa itik itu masih hidup. Saya kemudian merencanakan strategi bahwa ketika ia sudah keluar, saya langsung menutup lubang tersebut dengan beberapa kayu. Benar saja setelah saya sampai di lubang tersebut, ia sedang bersimpuh lemah. Saya mengambil beberapa kayu panjang dan menutup lubang tersebut. Adik saya kemudian memaksakan diri masuk dan mengangkat itik tersebut, kemudian menggabungkannya dengan si betina dan memberi makan.
Dalam hati yang gembira bercampur kasihan karena itik ini sampai tiga hari tidak makan, saya kemudian berpikir bahwa ini satu kesalahpahaman. Pertama, Saya hendak menyelamatkannya dari lubang tersebut, namun ia mengira bahwa saya memberikan dia ancaman. Kedua, saya juga tidak mengantisipasi dan memastikan hal lain terjadi dari apa yang saya buat. Saya memang mau menyelamatkannya, namun saya tidak berpikir bahwa saya juga ikut menjerumuskannya kedalam perangkap lain. Ketiga, saya cepat putus asa yang memfonis itik itu telah mati.
Kejadian jatuhnya sepasang itik ini kedalam lubang kecil, mengajari saya akan satu pelajaran yang sangat besar. Untung saja ini hanya itik, apa lagi kalau masalah yang lain. Lewat kejadian ini saya diajari untuk tetap sabar, tenang, dan berpikir dengan leluasa ketika menghadapi masalah. Selain itu, ketika membuat satu kebijakan, saya harus berpikir leluasa juga akan kemungkinan yang akan terjadi dari kebijakan yang saya buat. Jangan sampai kebaikan yang dibuat, malah malapetaka yang terjadi. Yang terakhir, saya diajari untuk tidak cepat putus asa.
Sekian dan Terima Kasih.
Ya'ahowu.
Gunungsitoli, 16 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H