Ya'ahowu! Salam Sehat.
Anak Yang Diberi Nama Lusianus Ariel Sihura.
Pengantar:
Apalah arti sebuah Nama. Demikianlah sepenggal kalimat yang selalu dikenang dari kisah drama cinta antara Romeo dan Juliet yang dikisahkan oleh William Shakespeare [1564-1616]. Kisah yang dikenal dengan percintaan yang tidak direstui ini, bukan karena alasan yang besar melainkan hanya karena Nama Romeo yang membawa Nama musuh Montague.Â
Dari kisah drama cinta tersebut, dapat dipertanyakan, mengapa Nama itu begitu penting? Jawabannya adalah tidak lain, Nama tersebut dapat membawa pesan atau muatan tertentu yang dialami oleh sipemberi Nama atau harapan riwayat hidup orang yang menyandang Nama tersebut.
Demikianlah anak yang diberi Nama Lusianus Ariel Sihura. Anak tersebut diberi Nama bukan karena bertepatan saja melainkan bahwa memiliki latar belakang dan tujuan dari Nama tersebut. Latar belakang dari Nama ini merupakan pengalaman orangtua sementara tujuan atau harapan dari Nama tersebut juga termuat dalam Nama tersebut.
Latar Belakang:
Bermula dari pengumuman akan waspada penyebaran Corona Virus Disease (Covid -- 19) dan pembatasan besar-besaran pada bulan Januari/Februari 2020, membuat sepasang suami istri turut mengantisipasi dampak dari terserang Covid-19. Salah satu bentuk dari antisipasi terdampak Civid-19, adalah menghindari diri untuk datang ke rumah sakit. Saat itu, rumah sakit umum dikhususkan menjadi salah satu tempat penampungan dari orang yang terdampak Covid-19.
Sebagai terdampak Covid-19, pasangan ini kemudian memilih menginap di pos pelayanan Paroki Kristus Gembala Baik (KGB) Gunungsitoli yang ada di Muzoi. Tepatnya, menginap di kamar aula St. Lusianus Muzoi. Tujuan lain menginap di sana adalah untuk membantu proses pembenahan dari pos pelayanan tersebut dan juga melayani Administrasi Sakramental dari umat paroki yang datang mengurus administrasi sakramentalnya. Hal ini dilakukan oleh suami yang mana pekerjaannya sebagai Katekis di Paroki KGB. Selain itu, si istri juga mencoba untuk selalu membantu memasak makanan para pastor yang tinggal di pos pelayanan tersebut.
Selain untuk menghindari untuk datang ke Rumah Sakit Umum Gunungsitoli, ide lain dari pasangan ini menginap di lingkungan Muzoi adalah untuk mencoba melahirkan anak ini secara normal. Di daerah sekitar aula St. Lusianus ini terdapat satu rumah tunggu kelahiran dan juga terdapat puskesmas. Selain itu, karena kedekatan dengan umat, juga semakin meyakinkan untuk tetap tinggal di sana dan memutuskan untuk melahirkan di Muzoi.