Yang sangat ironis, seperti sering disampaikan (Alm) dr Kartono Mohamad, pernah jadi Ketua PB IDI, penularan virus hepatitis B persis sama dan serupa dengan cara penularan HIV/AIDS. Tapi, orang tidak malu-malu mengakui dirinya mengidap hepatitis B. Bahkan, dulu Askes ganti biaya pengobatan hepatitis B tapi menolak mengganti biaya pengobatan PIMS (penyakit infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis dan lain-lain) serta HIV/AIDS.
Ada lagi pernyataan: Kasus HIV-AIDS di Makassar menjadi alarm bagi kita semua bahwa sistem kehidupan sekuler hanya membawa kehancuran.
Di negara-negara dengan penerapan hukum agama yang ketat sekalipun tetap saja ada kasus HIV/AIDS karena bisa saja warganya melakukan perilaku seksual dan nonseksual berisiko tertular HIV/AIDS di luar negaranya.
Maka, cara yang arif dan bijaksana melindungi diri agar tidak tertular HIV/AIDS adalah menghindari perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tertular HIV/AIDS. <>
* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H