Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Berita HIV/AIDS pada Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2024 Hanya Talking News Tak Memberikan Pencerahan

2 Desember 2024   12:24 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:49 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TABEL: Selisik terhadap berita HIV/AIDS di 19 berita yang terbit 1 Desember 2024 (Foto: Dok/Syaiful W. Harahap)

Sejatinya berita, dalam hal ini di media online/portal berita, membawa pesan perubahan dan pencerahan terkait dengan satu hal dalam kaitan ini yaitu (epidemi) HIV/AIDS.

Media merupakan agent of (social) change yaitu memberikan informasi yang utuh sebagai pencerahan kepada masyarakat dengan harapan ada perubahan perilaku. Tentu saja dengan pijakan field of experience (tingkat pengalaman) dan frame of reference (bisa disebut tingkat literasi) sasaran.

Baca juga: Menggugat Peran Pers Nasional dalam Penanggulangan AIDS di Indonesia (Kompasiana, 9 Februari 2018)

Pencerahan, dalam hal ini cara-cara mencegah penularan HIV/AIDS, terutama melalui hubungan seksual sangat penting karena laporan jurnal internasional menunjukkan Indonesia memiliki jumlah infeksi HIV baru terbesar keempat per tahun di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) perkirakan ada 73.000 kasus infeksi HIV baru per tahun di Indonesia. Angka ini hanya tertinggal dari China, India, dan Rusia (aidsmap.com, 4 September 2018).

Perkiaraan WHO itu tidak meleset karena pada priode Januari-Desember 2023 kasus infeksi HIV baru di Indonesia dilaporkan sebanyak 57.299. Angka ini tidak menggambar kasus yang sebenanya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Maka, bisa jadi kasus infeksi HIV baru pada rentang waktu tahun 2023 bisa di atas prediksi WHO.

Tampaknya, kasus infeksi HIV baru tidak akan turun di tahun-tahun mendatang karena dalam 19 berita yang diselisik tidak ada informasi tentang cara pemerintah menurunkan insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan pekerja seks komersial (PSK) langsung (kasat mata) dan PSK tidak langsung (tidak kasat mata), seperti cewek prostitusi online.

Baca juga: Penanggulangan AIDS di Indonesia Hanya Dilakukan di Hilir (Kompasiana, 9 November 2010)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun