Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ini 10 Provinsi di Indonesia dengan Penemuan Kasus HIV/AIDS Terbanyak Periode Januari-Desember 2023

28 November 2024   13:18 Diperbarui: 28 November 2024   13:20 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah warga pengidap HIV/AIDS yang ditemukan merupakan jumlah mata rantai penyebaran HIV/AIDS yang dihentikan di masyarakat karena mereka tidak lagi menularkan HIV/AIDS ke orang lain.

Sejatinya, salah satu aspek dalam tes HIV adalah mengajak warga yang akan menjalani tes HIV untuk menghentikan penyebaran HIV/AIDS mulai dari dirinya jika hasil tes HIV positif. Selain itu dengan mengikuti program ART juga akan menurunkan risiko menularkan HIV/AIDS.

Celakanya, di banyak daerah penanggulangan HIV/AIDS hanya dilakukan di hilir yaitu dengan tes HIV terhadap populasi kunci, seperti pekerja seks, LSL (lelaki suka seks lelaki), pasangan pekerja seks, waria dan penyalahguna Narkoba (nartoktika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik secara bergantian (lihat matriks)

Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tes HIV adalah program penanggulangan HIV/AIDS di hilir. (Sumber: Dok. Syaiful W. Harahap)

Yang diperlukan adalah penanggulangan di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual dengan pekerja seks melalui penjangkauan (lihat matriks).

Matriks. Perilaku seksual laki-laki berisiko tertular HIV/AIDS yang tidak terjangkau. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks. Perilaku seksual laki-laki berisiko tertular HIV/AIDS yang tidak terjangkau. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Tapi, karena sekarang transaksi seks yang melibatkan pekerja seks sudah pindah ke media sosial, maka semakin jauh dari jangkauan.

Untuk itulah diperlukan materi yaitu informasi tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang realistis bukan informasi dengan bumbu moral dan agama yang justru menyuburkan mitos (anggapan yang salah tentang HIV/AIDS).

Misalnya, mengait-ngaitkan 'seks bebas' (istilah rancu yang tidak jelas maknanya) dengan penularan HIV/AIDS. Kalau 'seks bebas' diartikan sebagai hubungan seksual di luar nikah (zina), maka informasi itu bohong (hoaks).

Soalnya, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubunga seksual (seks bebas), tapi karena kondisi saat terjai hubungan seksual yaitu salah satu atau kedua pasangan tersebut mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!

Selama pemerintah masih membalut dan membumbui informasi HIV/AIDS dengan norma, moral dan agama, maka selama itu pula cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS hanya mitos belaka yang pada akhirnya menjerumuskan warga ke lembah risiko tertular HIV/AIDS. <>

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun