Baik dalam berita di media massa dan medi online/portal berita serta di blog juga platform, seperti Kompasiana, yang menyebut 'seks bebas' sama sekali tidak ada penjelasan yang komprehensif tentang apa sebenarnya arti 'seks bebas.' Ini ironis karena membahas sesuatu tanpa ada batasan.
Dalam kamus-kamus Bahasa Inggris-Indonesia tidak ada laman 'free sex.' Yang ada ada adalah 'free love' yaitu hubungan seksual tanpa ikatan nikah (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, Oxford University Press, London, 1963).
Yang lebih konyol lagi adalah 'seks bebas' selalu dan hanya dikaitkan dengan remaja. Kalau yang dimaksud dengan 'seks bebas' di berita dan artikel adalah hubungan seksual di luar nikah (baca: zina), maka mengaitkan 'seks bebas' hanya kepada remaja adalah keblinger (KBBI: sesat; keliru) karena kalangan dewasa, bahkan yang punya istri dan suami pun, ada yang melakukan 'seks bebas.'
Ini beberapa judul artikel di Kompasiana terkait dengan 'seks bebas' remaja:
- Seminar Pendidikan MGBK, Cegah Dampak Buruk Pornografi dan Seks Bebas pada Remaja Â
- Pentingnya Pendidikan Seksual: Sosialisasi Seks Bebas Sebagai Bentuk Pencegahan Pernikahan Dini Bagi Â
- Fenomena Seks Bebas di Kalangan Anak Muda, Wajar
- Bukan Rahasia Lagi-Hubungan Seks Bebas di Kalangan Remaja Â
- Peran Orang Tua dalam Mengawasi dan Mengatasi Perilaku Seks Bebas pada Kalangan Remaja dengan Memperkuat Komunikasi dengan Anak Â
- Kunci Memahami Seks Bebas dengan Bijak di Kala Masa Anak-anak Â
- Perubahan Norma Seksualitas: Seks Bebas dalam Konteks Budaya Modern Â
- Rendahnya Kontrol Diri Dibalik Gairah: Bahaya Tersembunyi Seks Bebas bagi Remaja Â
- Budaya Seks Bebas: Keterbukaan atau Kehilangan Nilai? Â
- Dampak Seks Bebas Pada Remaja dan Cara Mencegah HIV/AIDS Â
- Seks Bebas Menjadi Hal yang Lumrah bagi Remaja di Era Globalisasi Â
- Edukasi untuk Remaja tentang Gadget dan Sex Bebas Â
- Maraknya Seks Bebas di Kalangan Remaja, Buah Buruk HAM Â
- Bahaya Seks bebas dan Dampak pada MBA pada Remaja Â
- Sosial Media sebagai Sarana Edukasi Seks Bebas, guna Mencegah Maraknya Penyakit Seksual Menular pada Remaja Â
- Edukasi Bahaya Seks Bebas pada Remaja Â
- Seks Bebas Ada di Sekitarku Â
- Mewujudkan Remaja Sehat Tanpa Seks Bebas dan Pernikahan Dini di MAN 1 Jombang Â
- Seks Bebas di Kalangan Remaja Â
- Fenomena Meningkatnya Seks Bebas Dikalangan Remaja Pada Saat Ini Â
- Bukan Rahasia Lagi-Hubungan Seks Bebas di Kalangan Remaja Â
- Meningkatnya Seks Bebas di Kalangan Remaja, Bagaimana Cara Mengatasinya? Â
- Seksualitas dan Seks Bebas Remaja Â
- Kehidupan Suram Remaja Dampak Seks Bebas Â
- Dampak Perilaku Seks Bebas pada Remaja Perempuan di Indonesia Â
- Kian Membudayanya Seks Bebas pada Remaja, Benarkah? Â
- Pengaruh Seks Bebas di Kalangan Remaja yang Semakin Meningkat Â
- Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas Hukum UNPAM: Bahaya Seks Bebas bagi Remaja Ditinjau dari Sosial dan Hukum Â
Studi Kemenkes mencatat hingga akhir tahun 2012 ada 6,7 juta pria Indonesia yang menjadi pelanggan PSK, sehingga pria menjadi kelompok yang paling berisiko tinggi untuk menyebarkan HIV/AIDS (bali.antaranews.com, 9/4/2013). Yang bikin miris adalah 4,9 juta di antara 6,7 pria itu mempunyai istri. Itu artinya ada 4,9 juta istri yang berisiko tertular HIV/AIDS dari suaminya.
Ketika masih ada lokalisasi pelacuran, sebelum reformasi (1998), pengunjung paling banyak justru laki-laki dewasa, bahkan yang sudah jelang lanjut usia (Lansia).
Laporan di web 'HIV AIDS dan PIMS Indonesia' juga menunjukkan jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga dari tahun 1987 -- 31 Maret 2023 mencapai 20.785 dari 149.579 kasus AIDS nasional (13,90 persen). Ibu rumah tangga tertular dari suami yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan perempuan lain (heteroseksual) di dalam dan di luar nikah atau suami biseksual dengan perempuan lain (di dalam dan di luar nikah) dan laki-laki lain.
Selain HIV/AIDS, ibu rumah tangga juga terdeteksi mengidap penyakit infeksi menular seksual (PIMS), terutama sifilis, yang juga ditularkan suami.
Itu artinya wartawan dan penulis yang hanya mengaitkan 'seks bebas' dengan remaja sudah melakukan penggelapan fakta. Di dunia jurnalistik ini 'dosa besar' karena salah satu asas jurnalistik adalah keseimbangan (data).
'Seks bebas' juga selalu dikait-kaitkan dengan HIV/AIDS. Ini jelas hoaks dan mitos (anggapan yang salah) karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual ('seks bebas'), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!
Selain itu jika 'seks bebas' tetap dikaitkan dengan HIV/AIDS secara empiris kasus HIV/AIDS pada remaja dan usia produktif ada di terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai istri sehingga tidak ada risiko menularkan HIV/AIDS (lihat matriks).
Bandingkan dengan laki-laki dewasa pengidap HIV/AIDS, maka ada risiko menularkan HIV/AIDS ke istri, bahkan ada laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu, atau pasangan seks lain, seperti selingkuhan dan pekerja seks langsung (kasat mata) dan tidak langsung (tidak kasat mata).
Sudah saatnya wartawan dan penulis di blog atau platform, seperti Kompasiana, lebih arif dan bijaksana dalam menulis berita atau artikel yang terkait dengan 'seks bebas' agar tidak jadi berita atau artikel yang menyesatkan. <>
* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H