Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Shin Tae-yong Copas Tim Korsel Piala Dunia FIFA Rusia 2018 ke Timnas Indonesia

3 Oktober 2024   09:42 Diperbarui: 3 Oktober 2024   09:45 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong pimpin latihan besama di Lapangan Thor Surabaya (4/9/2023). (Foto: bola.kompas.com/Dokumentasi PSSI)

Tampaknya, pelatih PSSI asal Korea Selatan (Korsel) Shin Tae-yong (STY) hanya mencari kemengan bagi Tim Nasional (Timnas) Indonesia tanpa menjalankan tujuan sejati yaitu menelurkan pemain sepak bola WN asli Indonesia (pribumi) yang handal.

Buktinya, yang dilakukan STY adalah merekrut pemain dengan kualifikasi naturalisasi. Dalam berita di kompas.com (5/6/2024) disebutkan ".... sebanyak 14 pemain telah menjalani proses naturalisasi menjadi WNI."

Maka, dengan 14 pemain naturalisasi di Timnas Indonesia itu artinya sudah lebih dari satu kesebelasan sehingga tidak perlu lagi pemain pribumi asli. Ironis ....

Dikabarkan PSSI terus menggenjot proses naturalisasi pemain sepak bola sehingga yang terjadi kelak pemain prubumi hanya duduk manis di bangku cadangan --kalaupun ada- bisa jadi hanya sebagai penggembira di pinggir lapangan. Busyet ....

Hal itu sama saja dengan merampas hak pemain sepak bola WN asli (pribumi) yang seharusnya dilatih oleh STY untuk masuk Timnas tanpa harus berebut dengan pemain naturaliasi.

Agaknya, PSSI kepincut STY hanya karena hiperrealitas yaitu melihat fantasi dengan mengabaikan fakta sebagai realitas sosial di social settings.

Ada acara 'Koreaan dulu yuk' yang diputar di monitor gerbong-gerbong KRL-sekarang tidak ada lagi- yang hanya 'men-dewa-dewakan' Korsel, salah satu di antaranya yaitu menyebutkan bahwa STY secara mengejutkan berhasil membawa Tim Korea Selatan (Korsel) mengalahkan Tim Jerman di Piala Dunia FIFA Rusia 2018 dengan skor 2-0 di babak penyisihan grup.

Tapi, ada fakta yang digelapkan di acara itu yang merupakan realitas sosial terkait dengan tim Korsel yang mengalahkan Jerman, yaitu sebagian pemain tim tersebut, yang ditangani STY, justru adalah pemain sepak bola Korsel yang merumput di lapangan hijau klub-klub Benua Biru (baca: Eropa) dan klub di luar Korsel.

Dua gol Korsel ketika itu dilesatkan oleh Kim Young-gwon yang bermain di FC Tokyo, Jepang, dan Son Heung-min yang merumput di klub Liga Primer Inggris, Tottenham Hotspur.

Selain itu beberapa pemain di tim Korsel yang ditangani STY itu juga bermain di klub-klub elit di Inggris (Liga Primer), Jerman (Bundesliga), Italia (Seri A) dan Spanyol (La Liga).

Baca juga: Hiperrealitas Terkait dengan Shin Tae-yong dan Pemain Naturaliasi (Kompasiana, 10 Mei 2024)

Tampaknya, kondisi itu pulalah yang dipakai STY terhadap Timnas Indonesia.

Sejatinya, keunggulan Timnas Indonesia bukan hanya mengejar kemenangan di tiap laga dengan tim negara lain, tapi menghasilkan pemain sepak bola warga pribumi yang handal. Tentu saja ini tidak seperti membalikkan telapak tangan.

Tapi, mengingat STY sudah menangani Timnas Indonesia sejak Desember 2019 yaitu hampir lima tahun seharusnya tidak perlu lagi 'membeli' pemain dengan kamuflase naturalisasi.

Apa yang terjadi kemudian?

Pemerintah, dalam hal ini PSSI, justru 'membeli' pemain asing dengan efuemisme naturalisasi. Sudah ada 14 pemain naturalisasi yang berarti tanpa pemain prubumi sudah memenuhi syarat sebagai kesebelasan.

Itu artinya STY hanya 'melatih' pemain naturalisasi yang pada akhirnya meminggirkan pemain pribumi.

Baca juga: Shin Tae-yong Hanya Sebatas Memoles Pemain Naturalisasi (Kompasiana, 21 September 2024)

Sejatinya, selama lima tahun kepelatihannya STY sudah harus menelurkan pemain pribumi yang handal sebagai barisan kesebelasan nasional (Timnas) tanpa harus berebut tempat dengan pemain naturalisasi.  

Lagi pula, pertanyaan yang sangat mendasar adalah: Mengapa pemain-pemain yang dinaturaliasi itu lebih memilih Indonesia tinimbang klub-klub kaya di liga Eropa atau di Liga Pro Arab Saudi? <>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun