Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia Gagal Karena Informasi Cara Pencegahan Hanya Mitos Belaka

19 September 2024   20:10 Diperbarui: 19 September 2024   20:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: vawnet.org)

Padahal, dalam kamus-kamus Bahasa Inggris tidak ada entri free sex. Yang ada adalah free love (The Advanced Learner's Dictionary of Current English, A.S. Hornby, E.V. Gatenby, H. Wakefield, Second Edition, Oxford University Press, London, 1963. Disebutkan free love = sexual relations without marriage yaitu hubungan seksual tanpa nikah (halaman 397).

Belakangan ketika kasus HIV/AIDS merebak 'seks bebas' dijadikan sebagai `kambing hitam.' Tapi, tidak ada definisi yang jelas tentang 'seks bebas'. Kalau 'seks bebas' diartikan sebagai hubungan seks di luar nikah maka tidak ada kaitan langsung antara 'seks bebas' dengan penularan HIV.

Soalnya, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal dan anal) bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual). Risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual di dalam dan di luar nikah terjadi karena salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta medis!

Judul-judul berita di atas, misalnya, dari tahun 2010 tidak berubah sehingga menyuburkan mitos yang akhirnya merupakan berita dengan sifat misleading (menyesatkan).

Yang pas adalah hubungan seksual berisiko yaitu hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal dan anal) di dalam dan di luar nikah dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom:

  • dilakukan dengan seseorang yang tidak diketahui status HIV-nya
  • sering dilakukan dengan pasangan yang berganti-ganti
  • sering dilakukan dengan seseorang yang sering ganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial/PSK (dikenal sebagai PSK langsung yaitu kasat mata) atau PSK tidak langsung yaitu tidak kasat mata, seperti cewek prostitusi online, cewek kafe, cewek karaoke dan lain-lain

Celakanya, pemerintah, dalam hal ini Kemenkes, justru ngotot tetap memakai 'seks bebas' sebagai penyebab penularan HIV/AIDS.

Baca juga: Mengapa Sebaiknya Kemenkes Tidak Lagi Menggunakan "Seks Bebas" terkait Penularan HIV/AIDS (Kompasiana, 17/5/2022)

Selama informasi penularan HIV/AIDS disebut 'seks bebas' maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki dewasa akan terus terjadi.

Karena pemerintah tidak mempunyai program yang konkret untuk mendeteksi warga yang mengidap HIV/AIDS, maka selama itu pula penyebaran HIV/AIDS secara horizontal yang dilakukan laki-laki pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi akan terus terjadi.

Penyebaran HIV/AIDS itu bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AID.' <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun