Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Sebut Seks Bebas Penyebab HIV/AIDS adalah Hoaks Bisa Dijerat dengan UU ITE

29 Agustus 2024   09:14 Diperbarui: 29 Agustus 2024   09:27 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)

Kasus-kasus infeksi HIV baru terus terjadi di Indonesia yang pada akhirnya jadi masalah kesehatan masyarakat yang jadi beban  bagi APBN karena harus memberikan obat gratis, yaitu obat antiretroviral (ARV), kepada Odha (Orang dengan HIV/AIDS, dalam terminologi internasional disebut PLWHA-People Living with HIV/AIDS) yang terdeteksi.

Dana APBN yang digelontorkan untuk ARV gratis pada tahun (Sumber: kebijakanaidsindonesia.net):

  • 2008 Rp 37,9 miliar
  • 2009 Rp 42,5 miliar
  • 2010 Rp 84,7 miliar
  • 2011 Rp 85,6 miliar
  • 2012 Rp 119 miliar
  • 2013 Rp. 260 miliar

Selain itu penanggulangan epidemi HIV/AIDS dan PIMS (penyakit infeksi menular seksual, seperti kencing nanah/GO, raja singa/sifilis, virus hepatitis B, virus kanker serviks, klamidia dan lain-lain) yang tidak komprehensif menyebabkan kasus-kasus baru, terutama pada laki-laki dewasa, yang bermuara pada istri dan anak-anak mereka.

Pada rentang waktu tahun 1987 sampai 31 Maret 2023, misalnya, sudah terdeteksi 672.266 kasus kumulatif HIV/AIDS yang terdiri atas 522.687 HIV dan 149.579 AIDS.

Yang perlu diingat jumlah kasus yang dilaporkan ini tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarkat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Shyaiful W. Harahap)

Suami yang tularkan HIV/AIDS dan PIMS atau keduanya sekaligus bukan isapan jempol belaka, karena dalam Laporan Eksekutif Perkembangan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2023 yang dipublikasikan oleh Web Site Resmi HIV/AIDS & PIMS Indonesia menunjukkan pada periode Januari -- Maret 2023 estimasi ibu hamil sebanyak 4.719.130:

  • Ibu hamil yang tes HIV sebanyak 680.270 (14,42%)
  • Ibu hamil HIV-positif sebanyak 2.133 (0,31%)
  • Dari 2.133 ibu hamil HIV-positif hanya 356 yang menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART (16,69%)
  • Bayi usia <1 tahun yang lahir dari ibu HIV-positif sebanyak 134 (6,28%)
  • Bayi usia <18 bulan yang lahir dengan HIV sebanyak 28 (1,31%)

Sedangkan terkait dengan PIMS:

  • Ibu hamil yang tes sifilis 291.646 (6,18%)
  • Ibu hamil yang positif sifilis 1.755 (0,60%)
  • Ibu hamil positif sifilis yang menjalani pengobatan 818 (46,16%)
  • Bayi <18 bulan yang lahir dengan sifilis sebanyak 159 (9,06%)

Mengapa kasus infeksi HIV dan PIMS baru terus terjadi di Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun