Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong) karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Laki-laki yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bergiliran dengan bergantian pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena ada kemungkinan salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga darah masuk ke jarum dan tabung sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.
Seseorang, perempuan dewasa, berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, jika melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan noseksual berisiko berikut, yaitu:
- Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal), di dalam nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal), di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan Waria heteroseksual yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal, atau anal) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
- Perempuan yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bergiliran dengan bergantian pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena ada kemungkinan salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga darah masuk ke jarum dan tabung sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.
Baca juga: Ngeri Kali Judul Berita HIV/AIDS Ini
Nah, jika ada laki-laki atau perempuan yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan nonseksual berisiko di atas, maka ada risiko tertular HIV/AIDS dengan atau tanpa gejala.
Untuk itu dianjurkan segera menjalani tes HIV secara sukarela dengan konseling sebelum dan sesudah tes di Klinik VCT yang ada di Puskesmas atau rumah sakit umum daerah (RSUD) setempat. Di beberapa klinik tes HIV gratis.
Jika hasil tes HIV negatif aka nada konseling untuk menjaga perilaku agar tidak berisiko, sementara itu jika hasil tes HIV positif, maka dilanjutkan dengan konseling untuk menjaga perilaku dan menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ART) (dari berbagai sumber). <>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H