Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tidak Semua Gejala Penyakit yang Dikaitkan dengan HIV/AIDS Otomatis Terkait Langsung dengan Infeksi HIV/AIDS

14 Agustus 2024   06:47 Diperbarui: 14 Agustus 2024   07:02 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: cdc.gov)

"Segera Jalani Tes HIV Jika Menemukan 6 Gejala Ini" Judul artikel di halodoc.com (7/8/2024) ini termasuk misleading (menyesatkan) karena menyamaratakan semua gejala (penyakit) dengan infeksi HIV/AIDS.

Disebutkan di lead: "Seseorang yang aktif secara seksual dan berisiko terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV), perlu segera untuk menjalani tes HIV. ...."

Pertanyaannya: Siapa dan kapan seseorang yang aktif secara seksual berisiko terinfeksi HIV?

Jika hanya berpatokan pada frasa 'seseorang yang aktif secara seksual' tentu tidak sedikit orang yang masuk ke kelompok ini.

Tapi, apakah semuanya lalu otomatis tertular HIV?

Tidak!

Dalam artikel tidak ada penjelasan yang eksplisit siapa dan kapan seseorang yang aktif secara seksual berisiko tertular HIV!

Disebutkan lagi: Karena itulah, penting bagi kamu terutama yang memiliki risiko tinggi terpapar virus HIV .... (Catatan: HIV adalah virus sehingga tidak perlu lagi menyebut virus HIV-Pen.).

Lagi-lagi pertanyaannya: kamu siapa yang memiliki risiko tinggi terpapar virus HIV?

Sayang, dalam artikel tidak ada penjelasan yang komprehensif tentang orang-orang yang memiliki risiko tinggi terpapar HIV.

Baca juga: Menggugat Peran Pers Nasional dalam Penanggulangan AIDS di Indonesia

Dalam artikel disebutkan ada enam gejala infeksi HIV yang perlu diwaspadai, yaitu: gejala yang serupa dengan flu, pembengkakan kelenjar getah bening, sariawan yang kerap muncul, ruam kulit, mual muntah dan diare serta penurunan berat badan.

Enam gejala tersebut juga bisa terjadi tanpa infeksi HIV. Maka, perlu ada pembatasan kepala enam gejala itu terkait dengan infeksi HIV agar yang membaca artikel ini tidak panik.

Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS

Seperti disebutkan dalam artikel: Namun pada beberapa kondisi, pengidapnya mungkin tidak mengalami gejala awal setelah mereka tertular virus tersebut.

Nah, yang bikin celaka seseorang yang perilaku seksualnya berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, tapi tidak mengalami salah satu gejala yang disebut terkait dengan infeksi HIV bisa membuat orang tersebut terlena dengan menganggap dirinya tidak berisiko tertular HIV/AIDS.

Sejatinya dalam artikel ada penjelasan yang eksplisit tentang siapa dan kapan seseorang yang aktif secara seksual berisiko tertular HIV/AIDS.

Seseorang, laki-laki dewasa, berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, jika melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan noseksual berisiko berikut:

  • Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal datau anal), di dalam nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
  • Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal), di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
  • Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal) dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,

PSK dikenal ada dua tipe, yaitu:

(1). PSK langsung adalah PSK yang kasat mata yaitu PSK yang ada di lokasi atau lokalisasi pelacuran atau di jalanan. Tapi, sejak reformasi ada gerakan moral menutup semua lokalisasi pelacuran di Indonesia sehingga lokaliasi pelacuran pun sekarang pindah ke media sosial. Transaksi seks pun dilakukan melalui ponsel, sedangkan eksekuasinya dilakukan sembarang waktu dan di sembarang tempat. PSK langsung pun akhirnya 'ganti baju' jadi PSK tidak langsung.

(2). PSK tidak langsung adalah PSK yang tidak kasat mata yaitu PSK yang menyaru sebagai cewek pemijat, cewek kafe, cewek pub, cewek disko, pemandu lagu, anak sekolah, ayam kampus, cewek gratifikasi seks (sebagai imbalan untuk rekan bisnis atau pemegang kekuasaan), PSK high class, dan cewek PSK online. Transaksi seks terjadi melalui berbagai cara, antara lain melalui ponsel

  • Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral atau anal) dengan Waria yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki atau Waria yang menempong atau laki-laki atau Waria yang dioral tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.

Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong) karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,

  • Laki-laki yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bergiliran dengan bergantian pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena ada kemungkinan salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga darah masuk ke jarum dan tabung sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.

Seseorang, perempuan dewasa, berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, jika melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan noseksual berisiko berikut, yaitu:

  • Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal), di dalam nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
  • Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal), di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
  • Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan Waria heteroseksual yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
  • Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal, atau anal) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom karena bisa terjadi salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS,
  • Perempuan yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bergiliran dengan bergantian pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) karena ada kemungkinan salah satu di antaranya mengidap HIV/AIDS sehingga darah masuk ke jarum dan tabung sehingga ada risiko penularan HIV/AIDS.

Baca juga: Ngeri Kali Judul Berita HIV/AIDS Ini

Nah, jika ada laki-laki atau perempuan yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku seksual dan nonseksual berisiko di atas, maka ada risiko tertular HIV/AIDS dengan atau tanpa gejala.

Untuk itu dianjurkan segera menjalani tes HIV secara sukarela dengan konseling sebelum dan sesudah tes di Klinik VCT yang ada di Puskesmas atau rumah sakit umum daerah (RSUD) setempat. Di beberapa klinik tes HIV gratis.

Jika hasil tes HIV negatif aka nada konseling untuk menjaga perilaku agar tidak berisiko, sementara itu jika hasil tes HIV positif, maka dilanjutkan dengan konseling untuk menjaga perilaku dan menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ART) (dari berbagai sumber). <>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun