Warga yang menjalani tes HIV jika terdeteksi HIV-positif itu artinya warga tersebut sudah melakukan perilaku seksual yang berisiko tertular dan menularkan HIV/AIDS.
Baca juga: Menyibak Penyebaran HIV/AIDS di Subang Berdasarkan Proporsi Kasus
Pertama, jika warga tersebut laki-laki maka dia tertular HIV/AIDS melalui perilaku seksual berisiko yaitu pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal), di dalam dan di luar nikah, dengan perempuan atau Waria yang berganti-ganti tanpa memakai kondom di wilayah Kabupten Subang atau di luar Subang;
Kedua, jika warga tersebut laki-laki yang tidak pernah melakukan perilaku seksual berisiko maka ada kemungkinan tertular dari istrinya jika istrinya pernah menikah dengan laki-laki lain;
Ketiga, jika warga tersebut perempuan maka ada kemungkinan tertular dari suaminya yang mempunyai perilaku seksual berisiko;
Maka, program yang arif dan bijaksana bukan mewajibkan tes HIV bagi perempuan hamil, tapi bagi suami yang istrinya hamil. Soalnya, dalam banyak kasus suami menolak tes HIV ketika istrinya yang hamil terdeteksi HIV-positif.
Keempat, jika warga tersebut perempuan bisa juga  tertular HIV/AIDS melalui perilaku seksual berisiko yaitu pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks oral, vaginal atau anal), di dalam dan di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti tanpa memakai kondom di wilayah Kabupten Subang atau di luar Subang;
Yang bisa dilakukan oleh Pemkab Subang, dalam hal ini Dinkes Subang, hanya menyelamatkan bayi dari kelahiran dengan HIV/AIDS yaitu dengan mewajibkan suami perempuan hamil menjalani tes HIV. Jika suami HIV-positif dilanjutkan dengan tes HIV terhadap istri yang hamil.
Jika istri yang hamil HIV-positif, maka ada program pencegahan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.
Untuk mencegah insiden infeksi HIV baru di Subang nyaris mustahil karena bisa saja warga Subang melakukan perilaku berisiko di luar Subang bahkan di luar negeri.
Untuk itu diperlukan penyebarluasan informasi yang akurat dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS yang akurat yang bertumpu pada fakta medis agar KIE tidak bermuatan mitos. <>