Apalagi jika materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang cara-cara penularan HIV/AIDS dan mencegah penularan HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama yang akan sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Baca juga: Mengapa Sebaiknya Kemenkes Tidak Lagi Menggunakan "Seks Bebas" terkait Penularan HIV/AIDS
Sudah saatnya dunia meninggalkan cara-cara penyampaian KIE tentang HIV/AIDS dengan balutan norma, moral dan agama karena HIV/AIDS adalah fakta medis sehingga cara-cara penularan dan pencegahannya bisa dilakukan dengan cara-cara yang realistis yang menghindari perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS.
Sejatinya, sejak WHO mengetahui cara-cara penularan HIV/AIDS sudah ada 'vaksin' yaitu tidak melakukan perilaku-perilaku seksual dan nonseksual yang bisa jadi media penularan HIV/AIDS.
Tapi, karena sejak awal epidemi KIE tentang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama maka yang sampai ke masyarakat hanya mitos yang justru jadi pintu masuk HIV/AIDS. <>
*Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1)Â PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H