Ini jadi perhatian orang-orang tua agar tidak terlalu gegabah membawa anak langsung ke psikiater jika ada gejala-gejala yang terkait dengan perilaku. Boleh saja ke psikolog, tapi jika tidak ada perubahan sebaiknya mencari pengobatan alternatif.
Yang perlu diperhatikan jika ke pengobatan alternatif, kalau ada 'mahar' atau permintaan uang sejumlah tertentu bisa juga dalam bentuk emas, sebaiknya tidak dilanjutkan. Orang-orang yang membantu pengobatan akibat perbuatan pelaku ilmu hitam tidak pernah mematok tarif, kecuali ada bahan-bahan yang harus dibeli. Itupun boleh dibeli sendiri. Mereka tidak menjadikan kemampuan mereka untuk menopang hidup karena mereka juga bekerja atau bertani.
"Susah, Pak, itu makhluk sudah bercokol di jantung anak Bapak," kata Pak Ajie di Cilegon, Banten, yang juga mengobati saya jika ada serangan santet.
Memang, sejak menerima tumpangan ilmu macan putih itu rambutnya rontok. Ketika saya ingatkan orang sebelah malah mengatakan bahwa itu karena dia suka makan yang pedas-pedas. Tapi, banyak orang yang senang makan yang pedas-pedas tapi rambutnya tidak rontok.
Menurut Pak Ajie putra saya selalu merasa kepanasan karena pengaruh makhluk di tubuhnya. Hal ini membuat dia selalu ingin melihat dan mendengar air mengalir. Makanya, di mana saja dia lihat ada kran air langsug dia buka. Dengan air mengalir perasaannya jadi dingin. Tagihan air PAM di rumah pernah mencapai Rp 245.000 karena kran terus terbuka sehingga air mengalir tanpa henti.
Hanya tangisan di hati jika melihat dia dengan kondisi sakit-sakitan, tapi saya sendiri tidak bisa berbuat banyak karena saya sendiri dan putri saya juga jadi korban santet, termasuk juga sebagai tumbal untuk pesugihan.
Sementara keluarga dan kerabat tidak ada yang mau membantu, bahkan ada yang justru membayar dukun menyantet saya dengan alasan yang tidak jelas.
Belakangan, penyakitnya kian parah karena harus cuci darah dengan komplikasi penyakit lain. Deritanya berakhir ketika dia dipanggil oleh YMK pada akhir Juni 2024.
Semoga Ananda tenang di alam sana .... Amin .... <>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H