Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serial Santet #49 Anak Saya Jadi Korban Karena Tumpangan Ilmu Hitam

29 Juni 2024   20:20 Diperbarui: 29 Juni 2024   20:24 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: nu.or.id)

Catatan: Dengan hormat dan kerendahan hati, pengalaman ini saya tulis sebagai gambaran bagi yang pernah mengalami sendiri atau anggota keluarga agar bisa dapat bantuan. Simpanlah ejekan, hinaan dan cacian Saudara. Jika merasa tidak akan pernah kena santet, silakan bersyukur sehingga tidak perlu menghina. Sudah beberapa yang mengontak saya minta bantuan setelah membaca pengalaman saya di Kompasiana. Penulis.

Seiring dengan perkembangan zaman mulai ada penolakan untuk menerima 'warisan' berupa ilmu hitam [KBBI: pengetahuan tentang kebatinan yang berhubungan dengan pekerjaan setan atau pekerjaan mencelakakan orang (seperti membuat orang gila, mencuri dengan bantuan makhluk halus)] dari orang tua atau anggota keluarga.

Akibatnya, orang-orang yang sudah mulai lanjut usia kesulitan melepaskan ilmu hitam karena anak-anak dan keluarganya menolak. Padahal, ketika dalam keadaan menjelang ajal akan susah pergi karena masih ada ilmu hitam di badan.

Hal itulah yang membuat orang-orang yang mempunyai ilmu hitam memasukkan ilmunya ke badan orang lain dengan berbagai cara, yang sebenarnya tidak jujur.

"Pak, putra Bapak ketumpangan ilmu macan putih!" Inilah yang disampaikan oleh seorang paranormal kepada saya di pertengahan tahun 1990-an. Padahal, dia tidak mengenal keluarga saya dan sama sekali tidak pernah bertemu dengan putra saya.

Memang, sejak kelas tiga SD anak saya itu berbeda 360 derajat dari kondisi sebelumnya. Putri saya mengatakan bahwa abangnya pernah dimandikan tengah malam di sungai oleh kerabat ibunya.

Belakangan, saya diberitahu bahwa nama putra saya diganti karena, kata mereka terlalu berat. Tapi, saya sebagai ayahnya sama sekali tidak pernah diberitahu apalagi minta izin.

Tampaknya, itulah ritual untuk memasukkan ilmu hitam ke badan putra saya, yang oleh paranormal tadi disebut ilmu macan putih.

Maka, tolonglah wahai orang-orang pemuja setan kalau mau pindahkan ilmu hitam seharusnya kepada yang dewasa dan atas persetujuan bukan dengan cara-cara yang tidak beradab.

Ilmu itu sejatinya sebagai pertahanan dari, tapi seharusnya diberikan kepada orang dewasa dengan persetujuan yang akan menerima. Sedangkan putra saya masih berumur 10 tahun dan tidak paham tentang ritual yang dialaminya.

Perjalanan putra saya itu memang seperti orang dengan kekuatan karena tidak pernah takut dan setelah remaja perangainya tidak mencerminkan kehidupan sosial seusianya.

Usianya terus berlanjut dan perangainya juga kian tidak terkendali. Celakanya, ibunya membawa dia ke psikiater. Dengan obat-obatan perangainya terkendali, tapi belakangan ketika tidak lagi meminum obat kelakuannya kian tak terkendali.

Celakanya, keluarga kiri dan kanan justru mengejek, mencaci dan menghina ketika saya sampaikan apa yang dikatakan paranormal itu kepada saya.

Mereka menuduh saya sebagai seorang musyrik [KBBI: orang yang menyekutukan (menyerikatkan) Allah Swt; orang yang memuja berhala] karena percaya ilmu hitam. Ini yang terjadi pada kasus-kasus ilmu hitam, seperti santet, yang disalahkan justru korban.

Baca juga: Serial Santet #41 Jadi Korban Santet dan Tumbal Pesugihan Malah Dihina

Padahal, yang musyrik adalah orang-orang yang membayar dukun untuk meminta berbagai macam keperluan, seperti pemanis, penglaris, jaga kedudukan dan lain-lain dengan susuk (KBBI: jarum emas, intan, dan sebagainya yang dimasukkan ke dalam kulit, bibir, dahi, dan sebagainya disertai mantra agar tampak menjadi cantik, menarik, manis, dan sebagainya) atau benda-benda, seperti kalung, batu cincin, dan lain-lain yang diisi oleh dukun.

Saya pernah membawa putra saya ke Bu Haji di Pandeglang, Banten. Ternyata putra saya itu dijadikan tumbal pesugihan oleh kerabat dari orang sebelah. Celakanya, putra saya itu tidak pernah lagi mau dibawa berobat karena kata dia itu musyrik. Padahal, saya tidak membawanya ke dukun.

Karena saya harus berjuang seorang diri mengatasi serangan santet kepada saya dan putri saya, maka saya tinggalkan putra saya bersama ibunya sejak dia lulus SMA. Belakangan saya ketahui ibunya membawa dia ke psikiater.

Suatu saat saya diminta untuk menemani putra saya ke psikiater. Menurut psikiater cairan otak putra saya berkurang. Astaga, 10 tahun sebelum ketemu dengan psikiater itu saya sudah dengan dari Bu Haji. Tapi, ketika saya ceritakan ke psikiater tadi dia justru buang muka.

Baca juga: Serial Santet #3 | Psikiater Buang Muka

Putra saya itu pernah marah-marah karena dia dibawa ke klinik kejiwaan. Memang, pengaruh ilmu hitam yang ditanam di badannya membuat dia tidak bisa mengendalikan diri dan selalu melawan.

Ini jadi perhatian orang-orang tua agar tidak terlalu gegabah membawa anak langsung ke psikiater jika ada gejala-gejala yang terkait dengan perilaku. Boleh saja ke psikolog, tapi jika tidak ada perubahan sebaiknya mencari pengobatan alternatif.

Yang perlu diperhatikan jika ke pengobatan alternatif, kalau ada 'mahar' atau permintaan uang sejumlah tertentu bisa juga dalam bentuk emas, sebaiknya tidak dilanjutkan. Orang-orang yang membantu pengobatan akibat perbuatan pelaku ilmu hitam tidak pernah mematok tarif, kecuali ada bahan-bahan yang harus dibeli. Itupun boleh dibeli sendiri. Mereka tidak menjadikan kemampuan mereka untuk menopang hidup karena mereka juga bekerja atau bertani.

"Susah, Pak, itu makhluk sudah bercokol di jantung anak Bapak," kata Pak Ajie di Cilegon, Banten, yang juga mengobati saya jika ada serangan santet.

Memang, sejak menerima tumpangan ilmu macan putih itu rambutnya rontok. Ketika saya ingatkan orang sebelah malah mengatakan bahwa itu karena dia suka makan yang pedas-pedas. Tapi, banyak orang yang senang makan yang pedas-pedas tapi rambutnya tidak rontok.

Menurut Pak Ajie putra saya selalu merasa kepanasan karena pengaruh makhluk di tubuhnya. Hal ini membuat dia selalu ingin melihat dan mendengar air mengalir. Makanya, di mana saja dia lihat ada kran air langsug dia buka. Dengan air mengalir perasaannya jadi dingin. Tagihan air PAM di rumah pernah mencapai Rp 245.000 karena kran terus terbuka sehingga air mengalir tanpa henti.

Hanya tangisan di hati jika melihat dia dengan kondisi sakit-sakitan, tapi saya sendiri tidak bisa berbuat banyak karena saya sendiri dan putri saya juga jadi korban santet, termasuk juga sebagai tumbal untuk pesugihan.

Sementara keluarga dan kerabat tidak ada yang mau membantu, bahkan ada yang justru membayar dukun menyantet saya dengan alasan yang tidak jelas.

Belakangan, penyakitnya kian parah karena harus cuci darah dengan komplikasi penyakit lain. Deritanya berakhir ketika dia dipanggil oleh YMK pada akhir Juni 2024.

Semoga Ananda tenang di alam sana .... Amin .... <>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun