(6). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan waria yang tidak diketahui status HIV-nya di Kota Banda Aceh atau di luar Kota Banda Aceh.
Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong),
(7). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan waria heteroseksual yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom di Kota Banda Aceh atau di luar Kota Banda Aceh,
(8). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom di Kota Banda Aceh atau di luar Kota Banda Aceh,
(9). Laki-laki dewasa homoseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom di Kota Banda Aceh atau di luar Kota Banda Aceh.
Semua terjadi di ranah privasi. Memang, dulu ada lokalisasi pelacuran serta lokalisasi dan resosialisasi (Lokres) pelacuran, tapi sejak reformasi semuanya ditutup sehingga praktek pelacuran terjadi di sembarang tempat dengan modus dan transaksi yang tidak kasat mata.
Katakanlah Pemko Banda Aceh bisa menutup pintu perilaku seksual berisiko di atas di Kota Banda Aceh, tapi apakah Pemko Banda Aceh bisa menjami tidak ada warganya, terutama laki-laki dewasa, yang melakukannya di luar Kota Banda Aceh atau di luar negeri?
Tentu saja tidak bisa!
Itu artinya tetap ada warga Kota Banda Aceh yang berisiko terinfeksi HIV melalui perilaku seksual berisiko.
Jika ada laki-laki dewasa warga Kota Banda Aceh yang tertular HIV, maka ada risiko dia menularkan ke orang lain, yaitu istri bagi yang berkeluarga, tanpa disadari. Hal ini terjadi karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas HIV/AIDS pada keluhan kesehatan dan fisik sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun sejak tertular jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART).
Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Terkait dengan Infeksi HIV/AIDS