Tampaknya, reporter dan kameraman stasiun TV selalu membawa-bawa meteran (alat untuk mengkur jarak atau ketinggian) ketika meliput banjir.
Buktinya, penyiar TV yang meliput banjir selalu  melaporkan ketinggian banjir dengan ukuran, seperti 30 sentimeter, 1 meter dan seterusnya dan seterusnya.
Astaga, bukan main. Mereka rupanya turun langsung ke lapangan untuk mengukur ketinggian air di tempat-tempat yang kebanjiran.
Kalau ketinggian banjir lebih dari satu meter tentulah reporter TV itu harus menyelam untuk menempatkan ujung meteran di dasar banjir dan menarik lurus ke atas permukaan air.
Mungkin tidak pakai menyelam, tapi dengan menancapkan kayu atau bambu di tempat yang banjir kemudian diukur bekas ketinggian air di kayu atau bambu.
Lalu, bagi warga yang ingin menembus genangan air harus mengukur tinggi badannya apakah aman melewati banjir berdasarkan informasi yang disiarkan TV.
Mengapa reporter TV tidak memakai ukuran yang umum dan mudah dipahami?
Misalnya, ketinggian banjir semata kaki, sedengkul orang dewasa atau sedada orang dewasa dan seterusnya .... Bisa juga dengan menyebut sebatas jendela atau atap rumah.
Secara umum perbedaan ukuran semata kaki, sedengkul dan seterusnya tidak jauh berbeda karena rata-rata tinggi badan warga tidak jauh berbeda.