Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Betis dan Tumit Wanita di Bus Transjakarta dan KRL Jadi Objek Crurophilia untuk Kepuasan Seksual

3 Maret 2024   13:48 Diperbarui: 3 Maret 2024   13:53 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana angkutan umum (MTR - Mass Transit Railway) di Hong Kong, China (Foto: timeout.com)

Ada anggapan umum bahwa bagian tubuh wanita yang paling dicari di pasar gelap Internet adalah bagian-bagian yang terkait dengan organ seks, seperti payudara atau vagina.

Ternyata anggapan itu tidak sepenuhnya tepat karena foto yang paling banyak dicari di pasar gelap dunia maya justru bagian-bagian tubuh yang sama sekali tidak terkait dengan organ seks.

Bagian tubuh itu adalah betis, mata kaki dan tumit. Jelas bagian tubuh ini bukan organ seks.

Maka, ketika ada penumpang wanita di bus Transjakarta dan KRL dengan kondisi betis atau tumitnya terlihat jelas itu merupakan bagian tubuh yang dijadikan sebagai objek pemuasan seksual oleh crurophilia (salah satu bentuk paraphilia dalam hal ini laki-laki).  

Paraphilia adalah orang-orang, laki-laki dan wanita, yang menyalurkan dorongan seksual sebagai pergeseran (deviasi) seksual dengan cara-cara yang lain.

Laki-laki sebagai crurophilia melihat kaki sebagai bagian tubuh wanita yang paling menarik karena sifatnya yang menggoda. Padahal, kaki bukan objek yang terkait langsung dengan organ seks.

Kaki wanita sebagai bagian tubuh yang digemari cruropihilia sebagai pemicu dorongan seksual (Foto: quora.com)
Kaki wanita sebagai bagian tubuh yang digemari cruropihilia sebagai pemicu dorongan seksual (Foto: quora.com)

Kalau, maaf, betis dan tumit sekadar dinikmati kaum crurophilia di angkutan umum tentu tidak ada masalah yang berarti. Tetapi, kalau ada di antara mereka yang memotret betis atau tumit tentu jadi masalah karena foto itu akan diperjual-belikan di dunia maya.

Bisa jadi betis dan tumit itu bisa dikenali sehingga berdampak buruk kepada wanita pemilik betis dan tumit itu.

Penumpang wanita di bus Transjakarta dan KRL ada yang memakai celana panjang tanggung yang hanya sampai setengah betis sehingga betis, mata kaki dan tumit terlihat jelas. Tanpa mereka sadari hal itu akan jadi 'santapan' kaum crurophilia untuk meningkatkan kepuasan seksualnya.

Laki-laki yang menjadikan paha, betis dan tumit perempuan sebagai objek seksual disebut sebagai fetisisme yaitu orang-orang yang mencari rangsangan untuk membangkitkan atau meningkatkan gairah seksual dengan cara melihat bagian-bagian tubuh perempuan yang justru bukan organ seks.

Selain jadi objek kepuasan seksual, bagian kaki yang terbuka itu bisa jadi objek foto yang dijadikan koleksi pribadi atau diperjualbelikan di dunia maya.

Artikel yang ditulis oleh Craig Crossland di huffingtonpost.co.uk (12/3/2013) menunjukkan dari 10 bagian tubuh perempuan yang dijadikan objek pemuasan seksual oleh laki-laki memang betis di posisi ke-7 dan tumit di posisi ke-10.

Kaki wanita sebagai bagian tubuh cewek yang digemari cruropihila sebagai pemicu dorongan seksual (Foto: quora.com)
Kaki wanita sebagai bagian tubuh cewek yang digemari cruropihila sebagai pemicu dorongan seksual (Foto: quora.com)

Secara berurutan yaitu: (1) payudara, (2) bokong (pantat), (3) bibir, (4) mata, (5) senyuman, (6) rambut, (7) kaki, (8) perut, (9) punggung dan (10) tumit.

Tapi, bagi kalangan crurophilia yang dijadikan sebagai objek untuk kepuasan seksual sebagai fetisisme adalah betis dan tumit.

Tapi, sebaliknya bisa juga terjadi ada di antara wanita itu yang justru menonjolkan bagian badan yang bukan objek seks, seperti betis dan tumit, justru sebagai bentuk eksebisionisme (ini juga salah satu bentuk paraphilia).

Perilaku orang-orang sebagai fetisisme, dalam hal ini cruropihila dan eksebisionisme, justru tidak melakukan kontak fisik atau kontak mata sehingga wanita tidak menyadarinya.

Selain itu yang dilakukan kalangan cruropihilia juga bukan merupakan bentuk pelecehan seksual sehingga mereka merasa aman dan terkendali.

Apalagi terjadi di tempat khusus wanita tentulah bentuk-bentuk eksebisionisme, seperti, maaf, menunjukkan paha atas dan payudara, bisa jadi tidak diasadari penumpang wanita sebagai pentuk pelecehan seksual. Padahal, eksebisionisme merupakan bentuk pelecehan seksual.

Maka, ada baiknya informasi yang disampaikan ke penumpang di bus Transjakarta dan KRL juga mencakup kondisi yang bisa jadi objek untuk kalangan paraphilia dan eksebisionisme (dari berbagai sumber). *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun