Kian banyak judul artikel dan berita banyak yang menyebut kasus HIV/AIDS didominasi IRT (ibu rumah tangga).
Padahal, pernyataan ini merupakan informasi bohong atau hoaks yang dalam jurnalistik termasuk sebagai misleading yaitu informasi yang menyesatkan.
Pertama, dalam berita dan artikel tidak dijelaskan sccara komprehensif terkait dengan mengapa dan bagaimana IRT tertular HIV/AIDS, dan
Kedua, pernyataan itu menggiring opini bahwa IRT tertular HIV/AIDS karena ulah mereka.
Padahal, secara empiris IRT tertular HIV/AIDS dari suaminya melalui hubungan seksual dalam ikatan pernikahan.
Maka, jumlah IRT yang mengidap HIV/AIDS minimal sama dengan jumlah laki-laki, dalam hal ini suami, yang juga mengidap HIV/AIDS.
Ini beberapa judul artikel dan berita tentang HIV/AIDS didominasi IRT:
- HIV di Indonesia Meningkat, Di Dominasi Ibu Rumah Tangga dan Anak-anak (indonesiabaik.id, 2023)
- Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Penularan Didominasi Ibu Rumah Tangga (sehatnegeriku.kemkes.go.id, 9/5/2023))
- IRT dan Pelajar Dominasi Pengidap HIV di Sukabumi (news.republika.co.id, 1/12/2016)
- Kasus HIV Meningkat di Kalangan IRT, Ini 15 Gejala Awal HIV yang Perlu Diwaspadai (kesehatan.kontan.co.id, 10/5/2023)
- IRT Dominasi Penderita Hiv/aids Di Kota Gorontalo (gorontalo.antaranews.com, 2/2/2015)
- Ibu Rumah Tangga Dominasi Kasus HIV-AIDS Di Sleman (krjogja.com, 6/3/2018)
- IRT Dominasi Penderita HIV dan Aids di Kota Kupang (indonesiatimur.co, 14/12/2014)
- Kasus HIV-AIDS di Merauke Dominan dari Kelompok Ibu Rumah Tangga (papua60detik.id, 31/7/2023)
- Dinkes: IRT Masih Dominasi Pengidap HIV/AIDS di Manokwari (kabartimur.com, 30/11/2018)
- Kasus HIV dan Sifilis Meningkat, Didominasi Ibu Rumah Tangga (Dinkes Provinsi Aceh, 9/5/2023)
Persoalannya adalah suami-suami dari IRT yang HIV-positif tidak menjalani tes HIV sehingga jumlah mereka (baca: para suami) tidak ada dalam laporan kasus HIV/AIDS.
Itulah sebabnya dalam banyak kegiatan terkait dengan media gathering, ceramah dan diskusi tentang HIV/AIDS penulis sebagai fasilitator dan narasumber selalu mengingatkan agar pemerintah-pemerintah daerah, dalam hal ini kabupaten dan kota, membalik paradigm berpikir: yang menjalani tes terlebih dahulu adalah suami dari IRT yang hamil.
Soalnya, yang terjadi sekarang, di beberapa daerah sudah mempunyai kekuatan hukum dalam bentuk peraturan daerah (Perda), yang menjalani tes adalah IRT yang hamil. Tapi, dalam Perda itu tidak ada kewajiban bagi suami IRT yang hamil untuk menjalani tes HIV.
Akibatnya, para suami itu jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah (Lihat matriks).
Kembali ke pernyataan yang menyesatkan yang hanya mengatakan kasus HIV/AIDS didominasi IRT, pemakaian terminologi 'dominasi' juga salah kaprah.
Baca juga: Mustahil Ibu Rumah Tangga di Kota Pekanbaru Bisa Mendominasi Kasus HIV/AIDS
Selain itu jumlah IRT yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS karena IRT yang hamil diwajibkan menjalani tes HIV, sedangkan suami mereka tidak diwajibkan tes HIV.
Dengan logika ini jelas IRT lebih banyak yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Padahal, secara empiris jumlah IRT yang HIV-positif minimal sama degan jumlah suami yang HIV-positif sebagai yang menularkan HIV/AIDS ke IRT.
Jika dilihat dari jenis kelamin laporan Triwulan I/2023 sihakemkes.go.id menunjukkan dari tahun 1987 -- 31 Maret 2023:
- Dari 522.687 jumlah kasus HIV-positif secara nasional terdeteksi pada laki-laki 62%, sedangkan perempuan 32%, dan
- Dari 149.579 jumlah kasus AIDS secara nasional pada laki-laki 61% sedangkan perempuan 32%.
Tapi, mengapa sumber-sumber berita HIV/AIDS dari berbagai kalangan mulai dari instansi sampai institusi selalu mengumbar kasus pada perempuan?
Data yang dilaporkan sihakemkes.go.id itu jelas resmi dan akurat, tapi tetap saja ada pernyataan yang nyeleneh yang tidak berdasarkan statistik resmi yang dikeluarkan pemerintah.
Atau, amit-amit, kita ini termasuk bangsa misoginis (pembenci perempuan)? *
* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H