Catatan: Dengan segala hormat dan kerendahan hati, pengalaman ini saya tulis sebagai gambaran bagi yang pernah mengalami sendiri atau keluarga agar bisa dapat bantuan. Simpanlah ejekan, hinaan dan cacian Saudara! Jika merasa tidak akan pernah kena santet, silakan bersyukur sehingga tidak perlu menghina. Sudah ada beberapa yang mengontak saya minta bantuan setelah membaca pengalaman saya di Kompasiana. Syukurlah, mereka sebelumnya sudah habis-habisan uang, bahkan, maaf, ada yang juga 'dipaksa' menyerahkan kehormatannya, bisa sembuh. Penulis.
Di pertengahan bulan November 2023 pikiran selalu risau dan kacau sehingga tidak bisa konsentrasi di depan layar PC.
Sebelumnya, di awal November 2023, jari-jemari saya kaku karena kapalan dan bengkak. Syukurlah, Bu Haji di Pandeglang, Banten, menarik kutu beras dan gabah dari jari-jari yang muncul bisul sebagai simtom (KBBI: perubahan atau keadaan khusus kondisi tubuh yang menunjukkan tanda adanya suatu penyakit; gejala penyakit), bahkan di ujung hidung.
Baca juga: Serial Santet #44 Gabah dan Kutu Beras Dikirim untuk Membuat Korban Strok
Sampai saat ini saya tidak tahu persis mengapa saya jadi korban pesugihan, antara lain mengindekoskan tiga tuyul di rumah dan memaksa agar selalu ada uang di laci. Namun, ini kata Bu Haji: "Karena Bapak orang baik."
"Kalau begitu saya jadi orang jahat saja, Bu Haji!"
"Eh, jangan," jawab Bu Haji. Kalau sakit (maksudnya ada kiriman) segera datang ke sini. Ini pesan Bu Haji. Artinya, jika terasa sakit dan bukan gejala medis jangan ditunggu lama-lama karena benda-benda itu yang membawa racun berjalan mengikuti aliran darah. Tujuannya, ke jantung bikin strok.
Namun, saya sering terbentur ongkos karena hanya satu adik yang mau membantu. Yang tidak masuk di akal saya adalah mantan orang sebelah dan beberapa adik juga membayar dukun untuk mencelakai saya. Terus terang saya tidak tahu alasan mereka yang sebenarnya.
Kalau terkait dengan pesugihan memang saya jadi tumbal nomor 10 sedangkan putri saya nomor 9. Yang memelihara pesugiha, ini tidak main-main karena kolaborasi dengan 'buto ijo' yang merupakan 'kelas' tertinggi di dunia pesugihan. Tumbal diharapkan celaka agar invalid baru mereka umpani sebelum diserahkan ke 'buto ijo.'
Belakangan ini, saya minta bantuan kepada beberapa teman yang ikhlas untuk membantu tanpa perlu disertai dengan 'khotbah' [KBBI: pidato (terutama yang menguraikan ajaran agama)] karena saya tidak berobat alternatif ke dukun. Yang perlu diberikah khotbah adalah orang-orang yang member dukun untuk mengirim santet. Soalnya, saya benar-bendar kandas. Terima kasih untuk yang ikhlas membantu, semoga YMK memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Nah, kali ini tidak ada terasa sakit di badan. Hanya pikiran yang kacau dan tidak tenang. "Ya, Pak, ada yang masuk ke badan Bapak," ini balasan WA dari Pak Ajie di Cilegon, Banten. Lagi-lagi saya harus menunggu amunisi dari bantuan teman.
Syukurlah ada bantuan dari teman sehingga saya bisa ke rumah Pak Ajie.
"Di bahu kiri, Pak, tapi tidak jelas benda apa," ujar Pak Ajie ketika saya sudah tiba di rumahnya.
Pak Ajie menyiapkan dedaunan yang diulek agar jadi semacam bubur untuk ditempelkan di tempat jalan masuk benda tersebut.
Setelah bubur dedaunan ditempelkan, Pak Ajie meletakkan ujung keris kecil. Creeekkkk .... Ujung keris menembus kulit dan terbentur ke benda.
"Wah, ini sudah pecah, Pak," kata Pak Ajie. Artinya, benda itu sudah berpencar karena sudah hampir sepekan di badan.
Pak Ajie mendorong pecahan benda-benda itu ke satu titik di bahu. Setelah berkumpul ujung keris menariknya ..... Creeeekkkkk .... Satu potongan kecil tertarik. Pak Ajie kembali menarik dengan hasil ada empat pecahan kecil.
Setelah diamati benda itu adalah sisik ular. "Ini bisa bikin seperti orang hilang ingatan," kata Pak Ajie. Saya hanya bisa mengelus dada dan bersyukur kepada-Nya karena kembali terhindar dari marabahaya.
Namun, serangan belum akan berhenti sebelum mereka 'lewat' atau saya, amit-amit, celaka agar invalid karena ini yang mereka harapkan. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H