Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hari AIDS Sedunia: Menunggu Penanggulangan HIV/AIDS yang Komprehensif di Indonesia

1 Desember 2023   00:01 Diperbarui: 3 Desember 2023   17:33 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi teatrikal mewarnai unjukrasa memperingati hari HIV/ AIDS sedunia oleh Madani Mental Health Care Foundation di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (1/12/2014). Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO

Baca juga: Kaitkan Lesbian Langsung dengan Penyebaran HIV/AIDS Adalah Hoaks

Biarpun epidemi HIV/AIDS secara global sudah berlangsung sejak tahun 1981, tapi Pemeritah Indonesia baru mengakui epidemi HIV/AIDS ada di Indonesia pada tahun 1987, tapi sejauh ini banyak kalangan di Tanah Air yang belum atau tidak mau memahami HIV/AIDS sebagai fakta medis. Buktinya, materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis tentang HIV/AIDS dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan 'seks bebas' (terminologi ngawur bin ngaco), seks menyimpang, zina, pelacuran dan LGBT.

Padahal, secara empiris penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, seks menyimpang, zina, pelacuran dan LGBT), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom). Ini fakta medis!

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap/AIDS Watch Indonesia)

Celakanya, program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dengan pijakan peraturan daerah (Perda) hanya mengekor ke ekor program penanggulangan HIV/AIDS di Thailand.

Dari lima program penanggulangan HIV/AIDS di Thailand nomor lima (ekor) adalah 'program wajib kondom 100 persen' bagi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK di tempat-tempat pelacuran dan rumah bordir.

Langkah itu dilakukan Thailand setelah meningkatkan pemahaman warga dengan melibatkan media massa, ketika itu tahun 1990-an belum ada media sosial, (koran, majalah, radio dan TV) secara simultan dengan skala nasional.

Baca juga: Program Kondom Indonesia: Mengekor ke Ekor Program Penanggulangan AIDS Thailand

Di Indonesia penggunaan kondom jadi program utama penanggulangan HIV/AIDS melalui Perda dengan kondisi tingkat pemahaman masyarakat terkait dengan cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS sangat rendah. Maka, terjadi penolakan dari banyak kalangan terkait dengan sosialisasi kondom untuk hubungan seksual berisiko.

Belakangan penanggulangan HIV/AIDS juga hanya terjadi di hilir, yaitu melakukan tes HIV terhadap kalangan tertentu melalui penjangkauan dan ibu hamil. Celakanya, suami ibu hamil yang terdeteksi HIV-positif tidak semerta menjalani tes HIV sehingga mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun