"Itu cairan kiriman, Pak!" Ini jawaban Pak Ajie di Cilegon, Banten, yang mengobati saya jika ada kiriman berupa santet sejak awal tahun 2000-an. Padahal, saya sudah jadi korban sejak tahun 1983.
Tapi, siapa pula yang menumpahkan air dengan sengaja di alas tidur di tengah malam buta?
"Ya, tikus yang mereka peralat," ujar Pak Ajie melalui komunikasi WA.
Memang, di rumah ada seekor tikus yang tidak bisa dijerat dengan lem dan perangkap. Tikus itu pernah melewati bawah alas tidur saya karena terasa alas tidur diangkat-angkat ke atas. Di loteng juga tikus selalu mengikuti saya dengan bunyi seperti langkah orang.
Setelah salat malam dan merenung, saya baru ingat sore hari sebelum malam itu 'seseorang' menitipkan air di kantong plastik ukuran 1 kg sambil mengatakan: "Tolong ditaruh di freezer, tadi saya beli es mencair agar jadi es lagi."
Karena sejak kecil (Alm) Ibunda selalu mengingatkan agar tidak berpikir buruk, saya juga juga tidak berpikir panjang ketika memerima titipan itu.
Belakangan baru saya ngeh, masak iya sih titip air bikin es padahal di kulkas ada cetakan es batu? Tapi, mungkin itulah jalan untuk mencelakai saya.
"Alhamdulillah, tidak ada yang masuk, Pak," ujar Pak Ajie yang membuat hati lega.
Hanya saja 'angin' kiriman itu membuat kepala nyeri beberapa hari dan perasaan gundah-gulana. Ini, menurut Pak Ajie, supaya tidak tenang agar terganggu ketika bekerja.
Memang, hampir tiap malam ada berbagai macam bau di depan rumah. Ada bau antinyamuk bakar yang melingkar, padahal saya tidak pernah memakai antinyamuk bakar. Terkadang bau rokok dan minyak wangi yang menyengat. Saya sudah berhenti merokok sejak 20 tahun yang lalu. Seumur-umur saya tidak pernah memakai minyak wangi atau parfum.
Rupanya, bau-bauan itulah sebagai 'kenderaan' makhlus halus yang membawa benda-benda yang dikirim untuk masuk ke badan saya.