Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pemilih Jokowi Akan Memilih Pasangan dengan Kriteria Sosok The Next Jokowi di Pilpres 2014

22 Oktober 2023   10:59 Diperbarui: 26 Oktober 2023   06:56 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: facebook.com/RI1untukindonesia)

Hiruk-pikuk pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) menuju pemilihan presiden (Pilpres) 2024 bagi pemilih Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 pilihan mereka berpijak pada kriteria sosok 'The Next Jokowi.'

Pemilih Jokowi yang militan akan terus mendambakan 'Jokowi 3 Periode' akan menyimak apakah ada di antara nama-nama pasangan Capres/Cawapres yang akan bertarung di Pilpres 2024 yang memenuhi kriteria sebagai sosok 'The Next Jokowi.'

Pilihan mereka selanjutnya jika tidak ada sosok 'The Next Jokowi' di Pilpres 2024, maka mereka akan mengikuti 'arah' dukungan Jokowi ke pasangan Capres/Cawapres 2024.

Pendukung Jokowi tentu saja tidak bisa dilihat dengan sebelah mata biarpun ada 'petugas' partai yang mengatakan 'Ini partai besar' karena mereka besar justru karena ada Jokowi.

Ketika relawan yang tergabung dalam banyak wadah untuk mendukung Jokowi, ketika itu menjabat Gubernur DKI Jakarta, sebagai Capres dengan mendorong PDIP untuk men-Capres-kan Jokowi pesan penting yang disampaikan ke relawan dan simpatisan Jokowi yaitu: "Pilih PDIP agar bisa men-Capres-kan Jokowi!"

Dimotori oleh organisasi relawan yang pertama di Indonesia (didirikan 15/6-2013 di Bandung, Jabar) yaitu Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) yang tersebar di 34 provinsi (ketika itu) dan puluhan perwakilan di luar negeri. Sebelum dibajak anggota aktif media sosial Bara JP (Facebook) mencapai 1,4 juta lebih.

Bara JP dengan dukungan relawan dan simpatisan yang militant hadir untuk mendudung Jokowi agar di-Capres-kan oleh PDIP di Pilpres 2009.

Maka, relawan, simpatisan dan pendukung Jokowipun ramai-ramai memilih PDIP pada pemilihan umum legislatif (Pileg) tahun 2014. Begitu juga dengan Pileg 2019 relawan dan pendukung Jokowi memilih PDIP dan Jokowi sebagai presiden di Pilpres.

Jika surut ke belakang dua kali PDIP men-Capres-kan Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri, tapi kandas.

Pada Pilpres 2004 Megawati sebagai Ketua Umum PDIP yang juga petahana maju sebagai Capres bersama Hasyim Muzadi sebagai Cawapres berhadapan dengan pasangan Capres Susilo Bambang Yudhoyono dan Cawapres Jusuf Kalla. Megawati kalah.

Di Pilpres 2009 Megawati sebagai Ketua Umum PDIP maju sebagai Capres berpasangan dengan Cawapres Prabowo Subianto menghadapi pasangan Capres Bambang Yudhoyono (petahana)/Cawapres Boediono serta pasangan Jusuf Kalla/Wiranto. Lagi-lagi Megawati kalah (Lihat tabel).

TABEL: Pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2004, 2009, 2014 dan 2019 (Dok/Syaiful W Harahap)
TABEL: Pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2004, 2009, 2014 dan 2019 (Dok/Syaiful W Harahap)

Hal itu tentu saja bertolak belakang dengan Pilpres 2014 dan 2019 ketika PDIP mengusung Jokowi yang menghasilkan kemenangan bagi Jokowi dan pasanganya, yaitu di Pilpres 2014 dengan Jusuf Kalla, sedangkan di Pilpres 2019 dengan Ma'ruf Amin.

Kini, Jokowi belum secara eksplisit menunjukkan arah dukungannya. Tapi, putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka yang juga Wali Kota Solo, Jateng, sudah diusung Parta Golkar jadi Cawapres bagi Prabowo Subianto di Koalisi Indonesia Maju yang dikung empat partai politik (Parpol) parlemen (Gerindran, Golkar, Demokrat dan PAN) serta empat Parpol nonparlemen (PBB, PSI, Partai Gelora Indonesia dan Partai Garuda).

Celakanya, muncul polemik dengan pijakan yang tidak objektif terkait dengan politik dinasti yang lagi-lagi dikaitkan ke Jokowi. Padahal, jika taat asas sejatinya tidak ada politik dinasti di Indonesia.

Baca juga: Tidak Ada Politik Dinasti di Indonesia 

Maka, relawan, simpatisan dan pendukung Jokowi dengan militansi yang tinggipun mulai menimbang-nimbang apakah Gibran merupakan sosok 'The Next Jokowi'?

Baca juga: Gibran Jadi Cawapres Prabowo Bukan Politik Dinasti

Yang perlu diingat sosok 'The Next Jokowi' tidak terkait dengan embel-embel trah. Tiga anak Jokowi sama sekali tidak memakai nama yang menunjukkan trah mereka. Berbeda dengan sebagian tokoh yang tidak melepaskan diri dari identitas trah.

Relawan, simpatisan dan pendukung Jokowi menimbang-nimbang pasangan Capres/Cawapres yang sudah mendaftar ke KPU sembari menunggu arah dukungan Jokowi secara eksplisit. Bisa juga secara implisit karena Jokowi tidak ingin difitnah dengan jargon penzaliman 'cawe-cawe.'

Pendukung Jokowi akan membandingkan capaian Jokowi pada masa jabatan 2014-2019 dan 2019-2024 dengan pasangan Capres/Cawapres yang akan bertarung di Pilpres 2024.

Apakah ada di antara dua pasangan yang sudah mendaftar ke KPU merupakan sosok 'The Next Jokowi'? *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun