Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Klaten Bukan Karena Faktor Risiko LGBT

5 Oktober 2023   09:39 Diperbarui: 5 Oktober 2023   09:45 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(4) Perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan gigolo dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom,

(5) Laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan Waria dengan kondisi yang menganal atau yang dioral tidak memakai kondom.

Dari fakta di atas jelas risiko penularan HIV/AIDS bukan karena sifat hubungan seksual atau orientasi seksual, tapi karena kondisi ketika terjadi hubungan seksual.

Baca juga: Apa Ada Langkah Nyata Pemkab Klaten untuk Menanggulangi HIV/AIDS

Pertanyaan yang sangat mendasar untuk KPA Klaten: Apakah kasus HIV/AIDS tidak terdeteksi pada kalangan heterosekual, seperti ibu hamil dan suaminya serta warga lain?

Selama KPA Klaten hanya 'menembak' LGBT terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS, maka bencana besar akan terjadi karena penyebaran HIV/AIDS di masyarakat bukan dilakukan oleh LGBT (kecuali biseksual), tapi oleh laki-laki heteroseksual.

Baca juga: Penyumbang Kasus HIV/AIDS Bukan LGBT tapi Heteroseksual

Soal remaja yang disebut tertarik pada komunitas LGBT, khususnya gay, bisa jadi karena kondisi sosial yang melarang remaja pacaran. Di Aceh, misalnya, remaja cowok dan cewek tidak boleh berduaan di tempat umum. Tapi, sepasang cowok atau cewek tidak akan ditangkap polisi moral.

Sudah saat kita berpikir jernih dalam menanggapi epidemi HIV/AIDS agar penanggulangannya dengan cara-cara yang realistis bukan orasi moral yang tidak menukik ke akar persoalan. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun