Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kasus HIV/AIDS di Pandeglang di Provinsi Banten Mengerikan Jika Terdeteksi pada Suami

14 September 2023   13:23 Diperbarui: 14 September 2023   13:28 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Jika materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) HIV/AIDS yang disebarluaskan ke masyarakat akurat, maka perubahan gaya hidup adalah tidak melakukan perilaku seksual berisiko.Tapi, selama ini materi KIE dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, mengait-ngaitkan penularan HIV/AIDS dengan hubungan seksual di luar nikah, zina, selingkuh, seks pranikah, dan melacur. Inilah mitos!

Padahal, secara empiris penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (hubungan seksual di luar nikah, zina, selingkuh, seks pranikah, dan melacur), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom). Ini fakta!

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Dalam berita disebutkan oleh Jenal Mutakin bahwa jumlah penderita HIV/AIDS akan berkurang jika penderita tersebut meninggal dunia. Pernyataan ini keliru karena sistem pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia adalah kumulatif yaitu kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga jumlah kasus tidak akan pernah berkurang walaupun ada pengidap HIV/AIDS yang meninggal.

Ada lagi pernyataan: Bahkan, layanan itu dilakukan secara jemput bola, dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan ke tempat-tempat hiburan di wilayah Labuan.

Pemeriksaan kesehatan, yang lebih pas adalah tes HIV dengan konseling, merupakah langkah di hilir yaitu terhadap warga yang sudah tertular HIV/AIDS.

Yang diperlukan adalah mencegah insiden infeksi HIV baru di hulu yaitu melakukan intervensi agar warga tidak melakukan perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS.

Tanpa program penanggulangan di hulu, maka insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi. Warga Pandeglang, terutama laki-laki, yang tertular HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Penyebaran HIV/AIDS itu terjadi tanpa disadari karena orang-orang yang mengidap HIV/AIDS tidak otomatif menunjukkan gejala-gejala berupa keluhan kesehatan dan pada fisik sebelum masa AIDS.

Penularan secar diam-diam itu merupakan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS' di Pandeglang. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun