Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deteksi HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya Sejatinya Bukan Ibu Hamil tapi Suami Ibu Hamil

3 September 2023   08:27 Diperbarui: 3 September 2023   08:41 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: news18.com)

"Deteksi Kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya, Ibu Hamil Jadi Perhatian. Kasus HIV/AIDS disebut meningkat seiring masifnya pengetesan." Ini judul berita di rejabar.republika.co.id (29/8-2023).

Judul berita ini benar-benar mengabaikan perspektif gender sehingga mengesankan dan menggiring opini bahwa HIV/AIDS terkait langsung dengan ibu hamil.

Padahal, secara faktual dan empiris mereka, ibu-ibu hamil, tertular HIV/AIDS dari suaminya. Tapi, dengan judul berita yang tidak memakai perspektif gender itu ibu hamil (baca: perempuan) ditempatkan pada posisi yang bersalah.

Dalam berita Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Jabar, Asep Hendra, mengatakan: " .... adanya peningkatan itu (jumlah kasus HIV/AIDS-pen.) dikarenakan pengetesan yang dilakukan lebih masif."

Pernyataan ini tidak akurat karena kasus HIV/AIDS bertambah karena banyak warga Kota Tasikmalaya, dalam hal ini laki-laki dewasa terutama yang beristri, yang melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS.

Perilaku seksual laki-laki dan peremuan yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu: pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom di dalam atau di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering ganti-ganti pasangan, seperti PSK langsung (yang ada di tempat pelacuran) atau PSK tidak langsung (pemijat dan karaoke plus-plus, cewek/artis prostitusi online).

Sedangkan warga yang HIV-positif terdeteksi melalui tes HIV.

Pertanyaannya adalah: Siapa yang (harus) melakukan tes HIV?

Disebutkan dalam berita: Asep mengatakan, selain menyasar kelompok masyarakat rentan, ibu hamil menjadi fokus sasaran pengetesan HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya. Dengan pengetesan, diharapkan dapat mencegah risiko penularan virus dari ibu hamil kepada bayinya.

Yang jadi persoalan bukan pada kelompok masyarakat rentan, tapi laki-laki heteroseksual, terutama yang beristri, karena kalau mereka tertular HIV/AIDS, maka mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa memakai kondom di dalam dan di luar nikah.

Memang, benar tes HIV pada ibu hamil merupakan pintu masuk mencegah penularan HIV dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya.

Tapi, itu artinya Dinkes Kota Tasikmalaya membiarkan perempuan dan istri tertular HIV/AIDS dari suami ibu hamil yang positif HIV. Soalnya, suami dari ibu-ibu hamil yang terdeteksi HIV-positif tidak menjalani tes HIV.

Celakanya, suami-suami ibu hamil yang HIV-positif menolak untuk tes HIV. Maka, sebaiknya Dinkes Kota Tasikmalaya mengubah paradigm berpikir: yang jadi fokus terkait HIV/AIDS bukan ibu-ibu hamil, tapi suami dari ibu-ibu yang hamil!

Matriks: Penyebaran HIV/AIDS Jika Suami Ibu Hamil Tidak Jalani Tes HIV. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Penyebaran HIV/AIDS Jika Suami Ibu Hamil Tidak Jalani Tes HIV. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Mereka, suami dari ibu-ibu yang hamil, yang pertama menjalani tes HIV sehingga mereka tidak bisa menolak. Buatlah regulasi melalui peraturan wali kota (Perwali) atau peraturan daerah (Perda) yang mewajibkan suami dari ibu hamil menjalani tes HIV.

Tanpa langkah ini kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya akan terus bertambah antara lain disebarkan oleh suami-suami ibu hamil yang HIV-positif.

Selain itu terjadi juga insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui perilaku seksual berisiko, antara lain hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung.

Sekretaris KPA Kota Tasikmalaya, Tarlan, mengatakan, kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya  hingga Juni 2023 capai 1.154 dengan hampir 600 kematian.

Yang perlu diingat jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS yang terdeteksi (1.154) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya karena sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi (1.154) digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat matriks).

Matriks: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Tarlan mengimbau masyarakat menghindari perilaku berisiko penularan HIV, seperti seks bebas, yang masih menjadi faktor tertinggi.

Lagi-lagi 'seks bebas' dikaitkan dengan penularan HIV/AIDS. Padahal, kalau 'seks bebas' diartikan zina, seks pranikah, selingkuh, melacur dan lain-lain maka itu artinya Tarlan mengedepankan mitos (anggapan yang salah).

Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (zina, seks pranikah, selingkuh, melacur dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (salah satu ada keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom). Ini fakta medis!

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Maka, yang diperlukan adalah langkah yang konkret untuk mencegah infeksi HIV baru dan mendeteksi warga dengan HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi.

Kalau tidak ada pencegahan di hulu dan warga yang mengidap HIV/AIDS tidak terdeteksi itu artinya mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat bagaikan 'bom waktu' yang kelak jadi 'ledakan AIDS' di Kota Tasikmalaya. *

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun