Begitu juga dengan berita yang sama di beberapa media online (tribunnews.com, bantenraya.co.id, idntimes.com, janabarnews.com, tangselife.com, harianumum.com) juga sama sekali tidak ada penjelasan tentang 'mengapa dan bagaimana' ibu-ibu yang menularkan HIV/AIDS ke bayi yang mereka lahirkan bisa tertular HIV/AIDS.
Informasi tentang mengapa dan bagaimana ibu-ibu yang menularkan HIV ke bayi yang mereka lahirkan  tertular HIV/AIDS akan memberikan gambaran tentang penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.
Masyarakat, dalam hal ini pembaca, tidak mendapat informasi yang akurat tentang penyebab ibu-ibu itu mengidap HIV/AIDS.
Padahal, secara empiris ibu-ibu yang menularkan HIV/AIDS ke bayi yang mereka lahirkan justru tertular HIV/AIDS dari suaminya.
Studi yang dilakukan Kemenkes (2012) menunjukkan dari 6,7 juta laki-laki pelanggan pekerja seks komersial (PSK) ternyata 4,9 juta di antaranya mempunyai istri (bali.antaranews.com, 9/4-2013).
Maka, amatlah masuk akal kalau kemudian banyak ibu rumah tangga yang mengidap HIV/AIDS karena tertular dari suaminya. Selanjutnya, ketika ibu-ibu itu hamil ada risiko menularkan HIV/AIDS ke bayi yang mereka kandung terutama terjadi pada saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI).
Selain itu studi di Surabaya, Jatim, juga menunjukkan kebanyak laki-laki pelanggan Waria adalah para suami. Bahkan, para suami itu berperan sebagai 'perempuan' (ditempong atau dianal) ketika melakukan seks anal dengan Waria yang justru jadi 'laki-laki' (menempong atau menganal).
Itu artinya risiko para suami itu tertular IMS (infeksi menular seksual, seperti sifilis, GO, virus kanker serviks dan lain-lain) atau HIV/AIDS jadi besar karena mereka dianal oleh Waria tanpa memakai kondom.
Lagi pula kalau Dinkes Banten hanya menjalankan program tes HIV terhadap ibu hamil, ini hanya langkah di hilir. Artinya, program hanya menjangkau warga, dalam hal ini ibu-ibu hamil, yang sudah tertular HIV/AIDS.
Sejatinya yang diperlukan adalah program di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual berisiko dengan pekerja seks komersial (PSK).
Celakanya, sekarang praktek PSK tidak lagi di lokalisasi pelacuran karena sudah pindah ke media sosial. Transaksi dilakukan dengan HP dengan eksekusi terjadi sembarang waktu dan di sembarang tempat.