"Perilaku Beresiko Merupakan Penularan Hepatitis Lebih Dari 35 Ribu Bayi" Ini judul berita di sehatnegeriku.kemkes.go.id, 17/5-2023).
Judul berita ini tidak memberikan informasi yang akurat karena tidak jelas siapa yang melakukan perilaku berisiko.
Dalam berita ada pernyataan: Secara khusus dr. Syahril mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari praktek seks berisiko. Ingat penularan Hepatitis melalui cairan tubuh termasuk dari air mani dan air liur.
Siapa yang dimaksud dengan masyarakat?
Secara empiris tidak semua orang pernah atau sering melakukan 'praktek seks berisiko.'
Karena tidak ada penjelasan yang jernih, maka pernyataan ini bisa menyasar ibu-ibu yang menularkan virus Hepatitis B ke bayi yang mereka lahirkan. Dikesankan ibu-ibu yang menularkan virus Hepatitis B ke bayi yang mereka lahirkan tertular virus Hepatitis B karena 'praktek seks berisiko.'
Kalau kemudian informasi yang tidak akurat ini dikaitkan dengan banjir berita tentang ibu yang jadi penular virus Hepatitis B terbanyak, dalam hal ini ke bayi yang mereka lahirkan, maka terjadi misleading (berita yang menyesatkan) karena penggiringan opini bahwa ibu-ibu yang menularkan virus Hepatitis B ke bayi yang mereka lahirkan karena perilaku mereka berisiko.
Baca juga: Berita tentang Hepatitis B Misleading Dorong Stigmatisasi Terhadap Perempuan
Opini liar itu kian kuat di masyarakat karena dalam banyak berita terkait dengan kasus penularan virus Hepatitis B oleh ibu-ibu ke bayi yang mereka lahirkan sama sekali tidak ada informasi yang akurat tentang 'bagaimana dan mengapa' ibu-ibu itu mengidap virus Hepatitis B.
Kondisinya kian runyam karena ada pula berita yang melansir informasi penyebab penyakit Hepatitis B karena meminum minuman yang mengandung alkohol secara berlebihan.
Derita ibu-ibu yang menularkan virus Hepatitis B ke bayi yang mereka lahirkan tambah berat karena dikesankan mereka sebagai 'peminum.' Ini menyesatkan, tapi premis yang dibangun Kemenkes membawa kesimpulan yang naif itu.
Berita-berita seputar ibu-ibu yang menularkan virus Hepatitis B ke bayi yang mereka lahirkan sama sekali tidak berpijak pada perspektif gender. Hal ini bisa dilihat dari pemberitaan yang sama sekali mengabaikan laki-laki, dalam hal ini suami, sebagai penularan virus Hepatitis B kepada istrinya yaitu yang menularkan visus Hepatitis B ke bayi yang mereka lahirkan.
Baca juga: Berita Hepatitis B Tanpa Informasi Mengapa dan Bagaimana Ibu-ibu Rumah Tangga Tertular Hepatitis B
Kemungkinan terbesar penularan virus Hepatitis B ke perempuan yang melahirkan bayi dengan virus Hepatitis B adalah suami mereka. Tapi, dalam berita dan narasumber utama, dalam hal ini Kemenkes, sama sekali mengabaikan fakta ini.
Saya khawatir kita tergolong sebagai bangsa misoginis yaitu pembenci perempuan. Ini sangat beralasan karena pada berita aborsi pun tidak ada pembahasan tentang peran laki-laki dalam menyebabkan dan menentukan aborsi.
Baca juga: Berita tentang Penggerebekan Aborsi di Jakarta Pusat Abaikan Perspektif Gender
Dari 6,7 juga laki-laki pelanggan pekerja seks komersial (PSK) di Indonesia pada akhir tahun 2012, 4,9 juta di antaranya adalah laki-laki beristri. Ini hasil studi Kemenkes (bali.antaranews.com, 9/4-2013).
Studi Gaya Nusantara di Surabaya di tahun 1990-an juga menunjukkan pelanggan Waria terbanyak adalah laki-laki beristri. Pembenaran yang mereka pakai adalah: mereka tidak mengingkari cinta dengan istri karena mereka tidak memakai, maaf, penis.
Laki-laki beristri jadi 'perempuan' (ditempong atau dianal) oleh Waria yang jadi 'laki-laki' (menempong atau menganal). Kondisi ini meningkatkan risiko tertular IMS (infeksi menular seksual, seperti GO, sifilis, virus Hepatitis B, virus kanker serviks dan lain-lain) atau HIV/AIDS atau keduanya sekaligus.
Maka, tidaklah mengherankan kalau kemudian banyak kasus HIV/AIDS dan IMS terdeteksi pada ibu rumah tangga.
Laporan siha kemkes triwulan III/2022 menunjukkan pada periode Januari -- September 2022 menunjukkan:
- Sebanyak 375 bayi lahir dengan HIV/AIDS yang ditularkan oleh ibu yang melahirkan mereka,
- Sebanyak 489 bayi lahir dengan sifilis yang ditularkan ibu yang melahirkan mereka.
Selain itu jumlah kasus AIDS dari tahun 1987 -- September 2022 pada ibu rumah tangga ada di peringkat ke-3 secara nasional dengan jumlah 20.108.
Dengan data ini, apakah kita masih mengabaikan perilaku seksual berisiko laki-laki, dalam hal ini para suami?
Bisa jadi kalau kita termasuk golongan, amit-amit, misoginis .... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H