Mengaitkan minuman beralkohol dengan Hepatitis B pada kasus penularan ke bayi yang dilahirkan menohok ibu-ibu yang melahirkan bayi dengan status Hepatitis B positif. Mereka digolongkan kepada perempuan penenggak alkohol, padahal virus Hepatitis B yang mereka idap antara lain ditularkan suami melalui hubungan seksual dalam ikatan pernikahan yang sah menurut agama dan hukum.
Baca juga: Berita tentang Hepatitis B Misleading Dorong Stigmatisasi Terhadap Perempuan
Lagi-lagi pertanyaannya: Ibu-ibu yang menderita Hepatitis B karena meminum minuman mengandung alkohol secara berlebihan, apakah Hepatitis B yang mereka idap bisa ditularkan ke janin yang mereka kandung?
Judul-judul berita di atas, bahkan ada dari Kemenkes, mengarah sensasi dan bombastis (KBBI: bersifat omong kosong) dan tentu saja menyuburkan stigma (cap buruk) terhadap perempuan (ibu-ibu hamil yang menularkan Hepatitis B ke bayinya).
Dalam berita-berita tersebut tidak ada penjelasan tentang mengapa dan bagaiman ibu-ibu yang menularkan Hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya itu mengidap Hepatitis B.
Benar-benar naif dan ironis di kala informasi tentang virus Hepatitis B sudah banjir dan bisa diakses dengan mudah di Internet, tapi pada saat yang sama berita dan rilis ternyata tidak berpijak pada fakta medis.
Agaknya, pemerintah tidak belajar dari pengalaman menghadapi epidemi HIV/AIDS dan pandemi Covid-19 terkait dengan penanganan Hepatitis B.
Apa yang akan terjadi di negeri ini kelak jika ada epidemi dan pandemi baru di masa yang akan datang? *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H