Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kesehatan di Indonesia Ditanggulangi Hanya dengan Bangun Rumah Sakit

24 Juli 2023   09:59 Diperbarui: 29 Juli 2023   13:58 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Presiden Jokowi resmikan Mayapada Hospital di Bandung, Jabar, 6/3-2023. (Foto: setkab.go.id/BPMI Setpres/Laily Rachev)

Celakanya, di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun yang terjadi juga peresmian rumah sakit. Bahkan, Presiden Jokowi meminta dibangun RS Jantung dan Kanker di Riau dengan alasan agar warga Riau tidak berobat ke luar negeri (forumterkininews.id, 5/1-2023).

Padahal, dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, 28/2-2017, Presiden Jokowi meminta, jangan sampai bangga Puskesmas atau rumah sakit kalau pasiennya banyak. Ia mengingatkan, semakin banyak orang sakit masuk Puskesmas, semakin banyak orang sakit masuk ke rumah sakit, artinya kita gagal menyelesaikan bidang kesehatan (setkab.go.id, 28/2-2017).

Pukul 11.30 WIB angka di loket pendaftaran RSUD Budhi Asih, Jakarta Timur, 269 (21/7-2023). Loket buka sampai pukul 14.00 (Foto: Syaiful W. Harahap)
Pukul 11.30 WIB angka di loket pendaftaran RSUD Budhi Asih, Jakarta Timur, 269 (21/7-2023). Loket buka sampai pukul 14.00 (Foto: Syaiful W. Harahap)

Tapi, mengapa yang terjadi lagi-lagi hanya peresmian dan membangun RS, bukan mengatasi penyebab penyakit agar tidak banyak warga yang sakit?

Di masa Orde Baru (Orba) dibangun pusat-pusat kesehatan masyarakat, dikenal luas sebagai Puskesmas, di semua penjuru Tanah Air sebagai ujung tombak promosi (promotif) kesehatan yaitu mendorong perubahan perilaku masyarakat agar hidup sehat melalui pencegahan penyakit (preventif).

Tapi, yang terjadi kumudian Puskesmas justru diubah jadi pusat pengobatan (kuratif) seperti layaknya rumah sakit. Bahkan, ada Puskesmas yang ditingkatkan statusnya dengan melengkapi fasilitas rawat inap yang tidak beda lagi dengan RS.

Puskesmas Matraman, Jakarta Timur (Foto: nursing.ui.ac.id)
Puskesmas Matraman, Jakarta Timur (Foto: nursing.ui.ac.id)

Pada tahun 2014 Pemprov DKI mempunyai 15 Puskesmas dengan fasilitas rawat inap yang tergolong RS Tipe D dengan tempat tidur minimal 40. Disebutkan tahun 2014 Pemprov DKI menambah 10 lagi Puskesmas yang dijadikan RS (kompas.com, 4/2-2014).

Dalam wawancara dengan pakar kesehatan masyarakat UI, Prof Dr Ascobat Gani, MPH, Dr PH, disebutkan bahwa Puskesmas bukan sebagai tempat berobat, tapi sebagai ujung tombak mendidik masyarakat agar hidup dengan perilaku yang terhindar dari penyakit.

Ketika Puskesmas jadi tempat berobat dengan rawat inap, dokter dan tenaga medis di Puskesmas tidak punya waktu lagi untuk kegiatan sosialisasi hidup sehat ke masyarakat.

Malaysia jauh lebih arif dan bijaksana yaitu melakukan tes terhadap bayi yang baru lahir sehingga bisa diketahui risiko penyakit yang ada pada bayi itu. Ini jadi pegangan dalam mengasuh dan membesarkan anak agar kelak tidak jadi beban pemerintah dengan berbagai macam penyakit yang sebenarnya bisa ditangani sejak bayi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun