Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serial Santet #41 Jadi Korban Santet dan Tumbal Pesugihan Malah Dihina

3 Juni 2023   14:21 Diperbarui: 3 Juni 2023   18:38 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nadong sudena i." (Tidak itu semua-maksudnya santet). Ini dikatakan oleh seorang kerabat.

Adalah hal yang susah meyakinkan orang lain sehingga saya memilih tidak mau berdebat soal santet. Lagi pula yang merasakan saya sendiri dan sudah lebih dua puluh orang yang saya bantu karena mereka sudah bantu berobat ke Banten. Mulai dari Sumatera, Kalimantan sampai Sulawesi, dari Hong Kong, Taiwan dan Timur Tengah. Bahkan, dari Jerman.

Tidak sedikit pula orang yang mengatakan bahwa santet bisa dihalau dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Ada kesan di sebagian orang saya orang yang tidak dekat kepada-Nya. Bahkan, orang sering bertanya tentang agama saya.

Ketika pertama kali ke rumah Bu Haji di awal tahun 2000-an, Bu Haji memandang saya sambil berdecak, "Kalau Bapak tidak rajin puasa Senin-Kemis dan salat malam, Bapak ke sini sudah di kursi roda."

Saya kaget karena sama sekali saya belum tahu persis apa yang terjadi pada diri saya. Ketika itu saya dibawa oleh seseorang ke rumah Bu Haji karena dia tahu persis di badan saya ada benda-benda kiriman berupa santet.

Setelah ditangani Bu Haji baru saya tahu bahwa saya dijadikan tumbal oleh keluarga mantan orang rumah, juga dua anak saya, untuk pesugihan sehingga mereka terus mengirim santet agar saya celaka dan sakit-sakitan. Kondisi inilah yang mereka harapkan sebagai syarat untuk tumbal pesugihan.

"Tumbal itu dipilih dari orang yang bersih dan baik," ujar Bu Haji mengingatkan saya. Untuk Bu Haji berpesan agar tidak mengubah sikap dan perilaku biarpun dijadikan sasaran santet dan tumbal. "Insya Allah Bapak selamat dan mereka menerima balasannya," kata Bu Haji.

Sampai sekarang kiriman santet masih terus terjadi  sehingga saya harus berulang-kali ke Banten ketika ada benda masuk ke tubuh saya.

Sejauh ini hanya sedikit dari banyak orang yang mau membantu dan mendoakan agar yang mengirim santet, dengan membayar dukun, berhenti. Sedangkan sebagian besar hanya bisa mencibir, mengejek bahkan menghina. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun