Tidak jadi soal. Bersama penonton yang juga dari luar kota kami ramai-rami jalan kaki ke Gambir dan merebahkan diri di emperan stasiun. Ketika itu stasiun belum semegah seperti sekarang. Penuh dengan pedagang, copet, preman dan lain-lain.
Tapi, karena penat tak terasa terbangun di pagi hari. Ke kamar mandi seterusnya cari sarapan. Kembali lagi ke emperan stasiun menunggu loket buka.
Esok paginya sampai lagi di Yogyakarta. Mulai lagi kehidupan rutin sebagai anak kampus dan dengar music di kamar kos. (dari berbagai sumber). *
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!