Usia pelajar, remaja dan mahasiswa libido tinggi butuh penyaluran melalui hubungan seksual, tapi informasi tentang pencegahan HIV/AIDS tidak akurat
"Suara Bupati Siak (Provinsi Riau-pen.), Drs H Alfedri MSi, bergetar ketika menginformasikan 268 warga Siak terdeteksi HIV/AIDS. Dari jumlah itu, 11 pelajar dan mahasiswa" Ini lead pada pada berita "268 Kasus HIV AIDS, 11 Pelajar/Mahasiswa" di riaupos.jawapos.com (3/11-2022).
Ada beberapa hal terkait dengan lead berita ini, yaitu:
Pertama, jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS sebanyak 268 itu tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di wilayah Kabupaten Siak, Riau, karena perlu diingat bahwa jumlah kasus yang dilaporkan tidak menggambarkan kasus AIDS yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat matrik gunung es).
Maka, Pemkab Siak perlu membuat regulasi untuk mencari warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat karena mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS secara horizontal di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah (Lihat matriks penyebaran HIV/AIDS melalui laki-laki yang tidak terdeteksi).
Penularan HIV/AIDS terjadi tanpa mereka sadari karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 setelah tertular HIV jika tidak jalani terapi dengan obat antiretroviral/ART).
Celakanya, berita-berita di media massa dan media online serta panggung ceramah moral selalu menyebut tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala tanpa dikaitkan dengan prakondisi yaitu pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS.