Secara ekonomis dengan aturan baru yang menambah baju adat untuk seragam sekolah orang tua kalangan miskin kian dibebani karena harus membeli banyak pakaian seragam anak-anaknya untuk sekolah.
Pakaian seragam sekolah yang berbeda mulai dari hari Senin sampai Jumat merupakan beban ekonomi bagi keluarga miskin.
Ada pakaian upacara, seragama batik, seragam biasa, pakaian olahraga, pakaian keagamaan dan sekarang ditambah pula dengan pakaian adat. Apalagi harga baju ada tidak akan murah.
Dengan harga antara Rp 40.000-an sampai Rp 70.000-an untuk baju seragam tidak jadi masalah bagi kalangan berada, tapi persoalan besar bagi keluarga miskin.
Penduduk Indonesia masih banyak yang di bawah garis kemiskinan absolut. Bahkan di beberapa daerah ada keluarga dalam cengkeraman kemiskinan ekstrem yang absolut.
Mereka adalah warga negara yang berada di zona kemiskinan absolut yang sama sekali untuk memenuhi kebutuhan primerpun tidak bisa, seperti makanan bergizi dan air bersih.
Tempat tinggal atau rumah mereka juga tidak layak dengan fasilitas yang tidak higienis. Akses ke pendidikan, kesehatan dan sumber informasi juga sangat rendah.
Dengan penghasilan yang sangat rendah orang tua miskin harus membeli pakaian seragam harian, pakaian adat dan pakaian sehari-hari serta sepatu untuk Lebaran, Natal dan Tahun Baru.
Kalau saja tidak ada aturan yang mengharuskan pelajar memakai pakaian seragam, maka orang tua miskin akan lega karena cukup membeli pakaian dan sepatu Lebaran, Natal dan Tahun Baru yang sekaligus jadi pakaian anak-anaknya ke sekolah. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H