Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Indonesia Terus Ngotot Sebut Seks Bebas Sebagai Penyebab HIV/AIDS?

17 Oktober 2022   11:23 Diperbarui: 17 Oktober 2022   16:00 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eh, semua cewek yang menyerang saya menghapus pertemanan. Nah, bagi mereka 'seks bebas' adalah zina dengan PSK di tempat pelacuran, kalau suka sama suka bukan 'seks bebas.'

Maka dari itu pemakaian 'seks bebas' menghambat penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.

Baca juga: Seks Bebas Jargon yang Jadi Kontra Produktif terhadap Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia

Maka, sudah saatnya informasi tentang cara-cara penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual disampakan secara faktual bukan dengan bumbu moral yang justru menenggelamkan fakta medis dan menyuburkan mitos.

Tapi, agaknya pemerintah tetap berpegang pada mitos daripada menyampaikan fakta. Buktinya, di situs resmi pemerintah, dalam hal ini Kemenkes, tertulis: "PENCEGAHAN PENULARAN HIV Dengan ABCD ABSTINENCE Hindari Seks Bebas."

Ilustrasi: Situs https://hivaids-pimsindonesia.or.id/download (Dok Syaiful W. Harahap/Repro)
Ilustrasi: Situs https://hivaids-pimsindonesia.or.id/download (Dok Syaiful W. Harahap/Repro)

Laporan resmi jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang dipublikasikan melalui situs siha.kemkes.go.id baru sampai 31 Desember 2021 yaitu sebanyak 591.943 yang terdiri atas 456.453 HIV dan 135.490 AIDS.

Tentu saja angka ini tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

Matriks: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Selain jumlah kasus yang terus bertambah, persoalan besar adalah infeksi HIV baru tidak semuanya terdeteksi sehingga warga, terutama laki-laki dewasa, jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun