(10). Laki-laki dewasa biseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal, seks vaginal dan seks oral) dengan laki-laki atau perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi tidak memakai kondom.Â
Tidak ada kaitan 'bebas' dan 'tidak sehat' dengan perilaku seksual berisiko di atas.
Ada pula pernyataan: "Alangkah baiknya menggunakan pengaman seperti kondom. Walaupun kita tidak menganjurkan, karena agama manapun tidak ada yang mengajarkan untuk melakukan (hubungan intim secara bebas -red)," tegasnya (Penanggungjawab Poli Khusus HIV Poli Tulip Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Hamzah Pangkalpinang, dr Eva Lestari-pen.).
Beberapa studi menunjukkan laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung, seperti cewek prostitusi online, justru tidak mau memakai kondom dengan 1001 macam alasan.
Baca juga: Laki-laki Pelaku "Seks Bebas" Justru Tidak Mau Pakai Kondom
Itulah sebabnya kasus baru HIV/AIDS terus terjadi. Thailand yang berhasil menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, jumlah insiden infeksi HIV baru dengan indikator jumlah kasus HIV/AIDS pada calon taruna militer yang terus berkurang adalah melalui program 'wajib kondom 100 persen' bagi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK. Program 'wajib kondom 100 persen' ini hanya bisa dijalankan jika praktek PSK dilokalisir.
Maka, sosialisasi kondom tanpa intervensi hukum hasilnya nol besar sehingga insiden infeksi HIV baru terus tejadi yang akhirnya mendorong penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.
Ada lagi pernyataan: Dimana dari jumlah kasus yang ada, 60 persen di antaranya adalah kasus LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki -- secara seksual tertarik pada sejenis-pen.).
Secara empiris kasus HIV/AIDS pada LSL ada di terminal akhir epedemi HIV/AIDS karena mereka tidak mempunya istri sehingga penyebaran hanya dikomunitas mereka (lihat matriks penyebaran HIV gay dan heteroseksual).
Sedangkan kasus HIV/AIDS pada heteroseksual (secara seksual tertarik kepada lawan jenis) akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS, seperti kepada istrinya yang kelak bermuara pada bayi yang dilahirkan istrinya.