Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penularan HIV/AIDS di Pangkalpinang Bangka Belitung Dikaitkan dengan Mitos

13 Oktober 2022   00:07 Diperbarui: 13 Oktober 2022   00:10 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: lrpost.org)

Di Pangkalpinang Babel disebutkan bahwa penularan HIV/AIDS karena hubungan intim tidak sehat dan bebas, ini merupakan mitos yang menyesatkan

"Penyebab penularan virus HIV.AIDS menurut Penanggung Jawab Poli Khusus HIV Poli Tulip Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Hamzah Pangkalpinang, dr Eva Lestari dikarenakan hubungan intim tidak sehat dan bebas." Ini ada dalam berita "Ditemukan Ada 66 Penderita HIV AIDS Baru di Pangkalpinang, 60 Persen Didominasi LSL" di bangka.tribunnews.com (11/10-2022).

Lagi-lagi bahasa moral dipakai yang justru mengaburkan makna yaitu 'penyebab penularan virus HIV/AIDS dikarenakan hubungan intim tidak sehat dan bebas.'

Yang jelas penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom bukan karena sifat hubungan seksual, dalam berita ini disebut 'hubungan intim tidak sehat dan bebas.' (lihat matrik sifat dan kondisi hubungan seksual).

Tidak ada (hubungan) yang bebas karena jika dilakukan dengan pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung, seperti cewek prostitusi online, mempunyai tarif yang harus dibayar, bahkan ada yang harus dibayar dimuka sebelum eksekusi seks.

Selain itu biar pun 'seks bebas' kalau keduanya HIV-negatif tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.

Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Saat Terjadi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat Hubungan Seksual dan Kondisi Saat Terjadi Hubungan Seksual Terkait Risiko Penularan HIV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Disebutkan dalam berita: Sepanjang tahun 2022, ini hingga Oktober, ditemukan sebanyak 66 orang dengan HIV/AIDS baru ditemukan di Kota Pangkalpinang.

Yang perlu diingat jumlah kasus yang dilaporkan (66) tidak menggambarkan jumlah kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

Matriks: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Yang jelas laki-laki dewasa warga Pangkalpinang, Bangka Belitung, yang tertular HIV/AIDS karena pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko, yaitu:

(1). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(2). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(3). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(4). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(5). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung, cewek prostitusi online, yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, 

(6). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan waria yang tidak diketahui status HIV-nya. Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong),

(7). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan waria heteroseksual yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom,

(8). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom,

(9). Laki-laki dewasa homoseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom, 

(10). Laki-laki dewasa biseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal, seks vaginal dan seks oral) dengan laki-laki atau perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi tidak memakai kondom. 

Tidak ada kaitan 'bebas' dan 'tidak sehat' dengan perilaku seksual berisiko di atas.

Ada pula pernyataan: "Alangkah baiknya menggunakan pengaman seperti kondom. Walaupun kita tidak menganjurkan, karena agama manapun tidak ada yang mengajarkan untuk melakukan (hubungan intim secara bebas -red)," tegasnya (Penanggungjawab Poli Khusus HIV Poli Tulip Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Hamzah Pangkalpinang, dr Eva Lestari-pen.).

Beberapa studi menunjukkan laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK langsung atau PSK tidak langsung, seperti cewek prostitusi online, justru tidak mau memakai kondom dengan 1001 macam alasan.

Baca juga: Laki-laki Pelaku "Seks Bebas" Justru Tidak Mau Pakai Kondom

Itulah sebabnya kasus baru HIV/AIDS terus terjadi. Thailand yang berhasil menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, jumlah insiden infeksi HIV baru dengan indikator jumlah kasus HIV/AIDS pada calon taruna militer yang terus berkurang adalah melalui program 'wajib kondom 100 persen' bagi laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK. Program 'wajib kondom 100 persen' ini hanya bisa dijalankan jika praktek PSK dilokalisir.

Maka, sosialisasi kondom tanpa intervensi hukum hasilnya nol besar sehingga insiden infeksi HIV baru terus tejadi yang akhirnya mendorong penyebaran HIV/AIDS di masyarakat.

Ada lagi pernyataan: Dimana dari jumlah kasus yang ada, 60 persen di antaranya adalah kasus LSL (Lelaki Suka Seks Lelaki -- secara seksual tertarik pada sejenis-pen.).

Secara empiris kasus HIV/AIDS pada LSL ada di terminal akhir epedemi HIV/AIDS karena mereka tidak mempunya istri sehingga penyebaran hanya dikomunitas mereka (lihat matriks penyebaran HIV gay dan heteroseksual).

Matriks: Penyebaran HIVAIDS pada Laki-laki Gay dan Laki-laki Heteroseksual. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Penyebaran HIVAIDS pada Laki-laki Gay dan Laki-laki Heteroseksual. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Sedangkan kasus HIV/AIDS pada heteroseksual (secara seksual tertarik kepada lawan jenis) akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS, seperti kepada istrinya yang kelak bermuara pada bayi yang dilahirkan istrinya.

Baca juga: Berita tentang HIV/AIDS pada Kaum Gay Terkesan Sensasional dan Bombastis

Maka, biar pun kasus HIV/AIDS di Pangkalpinang di kalangan heteroseksual lebih kecil dibanding LSL, tapi dampaknya terhadap penyebaran HIV/AIDS jauh lebih dahsyat yang menyasar istri, bahkan ada laki-laki yang beristri lebih dari satu, yang berakhir pada anak-anak yang kelak jadi beban pemerintah.

Maka, sudah saatnya penanggung jawab dan pengelola program penanggulangan HIV/AIDS lebih memperhatikan kasus pada kalangan heteroseksual karena menyangkut penyebaran HIV/AIDS yang potensial di masyarakat. *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun