Pernyataan di atas jelas ngawur karena pemijat pemijat yang mengidap HIV/AIDS tidak ke mana-mana. Mereka justru menunggu laki-laki. Maka, yang menyebarkan HIV/AIDS adalah laki-laki yang tertular HIV/AIDS dari pemijat yang mengidap HIV/AIDS (lihat matriks penyebaran HIV/AIDS di Berau).
Selain itu ada pula laki-laki pengidap HIV/AIDS, ini bisa warga Berau kalau pemijat tertular HIV/AIDS di Berau, yang menularkan HIV/AIDS ke perempuan pemijat.
Dalam kehidupan sehari-hari laki-laki heteroseksual yang menularkan HIV/AIDS ke perempuan pemijat dan laki-laki heteroseksual yang tertular HIV/AIDS dari perempuan pemijat bisa sebagai seorang suami. Maka, ada risiko penularan HIV/AIDS ke istrinya. Bahkan, ada laki-laki yang beristri lebih dari satu sehingga jumlah perempuan yang berisiko tertular HIV/AIDS kian banyak.
Itu artinya persoalan bukan pada peremua pemijat yang mengidap HIV/AIDS, tapi pada laki-laki heteroseksual yang menularkan HIV/AIDS ke perempuan pemijat dan laki-laki heteroseksual yang tertular HIV/AIDS dari perempuan pemijat.
Maka, yang perlu dilakukan Dinkes Berau adalah menyebarkan informasi yang mengajak laki-laki warga Berau yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual dengan perempuan pemijat agar segera mejalani tes HIV secara sukarela.
Selain itu perlu pula regulasi, misalnya peraturan daerah (Perda), yang mewajibkan suami perempuan hamil untuk menjalani tes HIV. Soalnya, di beberapa daerah suami perempuan hamil yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS menolak untuk menjalani tes HIV.
Akibatnya, suami ibu hamil pengidap HIV/AIDS yang tidak mau tes HIV akan jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Disebutkan pula: Namun hingga saat ini, pihaknya (Dinkes Berau-pen.) belum kembali melakukan survey dan screening ke sejumlah panti pijat.
Yang perlu diingat adalah kalau ada perempuan pemijat yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS, yang jadi masalah besar bukan pemijat itu tapi laki-laki dewasa warga Berau yang menularkan HIV/AIDS ke perempuan pemijat dan yang tertular HIV/AIDS dari perempuan pemijat.
Kalau fokus Dinkes Berau hanya terhadap perempuan pemijat yang mengidap HIV/AIDS, itu sama saja dengan membiarkan penyebaran HIV/AIDS terus terjadi di Berau karena warga Berau yang menularkan HIV/AIDS ke perempuan pemijat dan yang tertular HIV/AIDS dari perempuan pemijat jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di Berau.