Tes HIV adalah langkah di hilir, sedangkan yang diperlukan adalah langkah pencegahan di hulu untuk menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru, terutama pada laki-laki melalui hubungan seksual berisiko (Lihat matriks penanggulangan di hulu dan hilir).
Kasus HIV/AIDS pada kalangan homoseksual secara empiris ada di terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai istri.
Bandingkan dengan seorang laki-laki heteroseksual jika mengidap HIV/AIDS karena mereka mempunyai istri, bahkan ada yang istrinya lebih dari satu, selingkuhan dan pelanggan PSK. Penyebaran HIV/AIDS terjadi secara masif di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Ada lagi pernyataan: Nah itu lah kita harus banyak lagi mencari, penemuan ini belum menggambarkan sesungguhnya. Jadi dari estimasi telah ditetapkan baru separonya kita mencapai itu, kita terus mencari," tandas Ati.
Pertanyaannya adalah: Apa dan bagaimana langkah Dinkes Banten untuk mencari warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi?
Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan. Itu artinya warga Banten yang mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Penyebaran terjadi secara diam-diam yang bisa dikatakan sebgai silent disaster (bencana terselubung) karena orang-orang yang mengidap HIV/AIDS yang tidak tertedeteksi tidak menyadari dirnya sudah tertular HIV/AIDS karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala terkait HIV/AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan mereka.
Penyebaran diam-diam jadi 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS' di Banten. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H