Disebutkan pula: "Dinkes melalui puskesmas juga melakukan talk show, podcast, webinar tentang pencegahan HIV AIDS, memberikan edukasi pada anak sekolah tentang bahaya seks bebas dengan melakukan kunjungan ke sekolah, ...."
Kalau benar 'seks bebas' penyebab HIV/AIDS, maka semua orang di dunia ini yang pernah melakukan 'seks bebas' tentu sudah mengidap HIV/AIDS.
Faktanya tidak karena laporan UNAIDS (badan PBB yang khusus menangani HIV/AIDS) menunjukkan jumlah kasus HIV/AIDS secara global pada akhir tahun 2021 sebanyak 38,4 juta, dengan kasus baru 1,5 juta per tahun.
Padahal, jumlah warga dunia yang melakukan 'seks bebas' jauh lebih banyak daripada jumlah kasus itu, seperti di tempat-tempat pelacuran dan rumah bordir di banyak negara.
Maka, yang perlu disampaikan kepada warga dan pelajar adalah fakta medis tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS, seperti perilaku-perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS di atas.
Selama materi KIE tentang HIV/AIDS dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama maka selama itu pula masyarakat tidak mengetahui cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang akurat dengan pijakan fakta medis.
Itu artinya kasus infeksi HIV baru akan terus terjadi di Cianjur. Warga, terutama laki-laki dewasa yang tertular HIV tapi tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Penyebaran HIV/AIDS di masyarakat yang tidak terdeteksi jadi 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS' di Cianjur. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H