Soalnya, selama ini meteri HIV/AIDS yang dikemas dalam KIE selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis tentan HIV/AIDS hilang, sedangkan yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS.
Seperti yang disebut dalam berita ini: Kasus HIV AIDS yang menyerang kaum ibu biasanya ditularkan oleh suaminya yang melakukan aktivitas seks bebas.
Pernyataan di atas tidak akurat karena HIV/AIDS tidak menyerang kaum ibu, tapi ditularkan oleh suaminya yang mengidap HIV/AIDS.
Sampai hari ini tidak ada pihak yang bisa menjelaskan apa yang dimaksud dengan 'seks bebas.'
Baca juga: Seks Bebas Jargon yang Jadi Kontra Produktif terhadap Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia
Lagi pula risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (seks bebas, zina, melacur, selingkuh, homoseksual dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (Lihat matrik risiko penularan HIV/AIDS).
Di bagian lain Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinkes Cianjur, dr Frida Laila Yahya, mengatakan: "Ketika melakukan cek kesehatan dapat terdeteksi dengan cepat, sehingga dapat dilakukan antisipasi agar tidak banyak yang tertular."
Ini langkah di hilir. Artinya, warga yang cek kesehatan sudah tertular HIV/AIDS (Lihat matriks langkah di hilir).
Yang diperlukan adalah langkah di hulu yaitu mencegah agar tidak ada (lagi) warga Cianjur yang tertular HIV/AIDS melalui perilaku seksual berisiko.